Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Rupiah memimpin penguatan mata uang Asia pada Kamis (14/8/2025), seiring dolar AS melemah ke posisi terendah dalam beberapa pekan terakhir di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga bulan depan.
Rupiah menguat hingga 0,62% ke level tertinggi dalam tujuh bulan di Rp16.090 per dolar AS, memperpanjang tren pemulihan sejak Maret lalu ketika sempat menyentuh posisi terendah sejak Juni 1998. Saat ini, rupiah diperdagangkan sekitar 1% di bawah level akhir 2024.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Menguat 0,79% ke Rp 16.109 per Dolar AS pada Kamis (14/8/2025)
Indeks saham Jakarta (IHSG) naik hampir 1%, melanjutkan reli untuk sesi kelima berturut-turut.
Analis menilai penguatan ini didorong oleh optimisme terhadap pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI), kepastian terkait tarif AS, serta risiko kebijakan yang lebih rendah dan valuasi aset yang menarik sehingga membuat Indonesia menonjol di kawasan.
Ringgit Malaysia menguat hingga 0,4% ke level tertinggi dalam lebih dari enam pekan. Sementara dolar Taiwan dan yuan China relatif stagnan. Sebaliknya, peso Filipina dan won Korea Selatan melemah lebih dari 0,3%.
Pelemahan dolar AS dipicu oleh sinyal dovish dari The Fed menyusul pelemahan indikator pasar tenaga kerja, serta minimnya dampak signifikan tarif Presiden Donald Trump terhadap tekanan inflasi.
Baca Juga: Perkasa, Rupiah Spot Menguat 0,54% ke Rp 16.115 per Dolar AS pada Kamis (14/8/2025)
Data LSEG menunjukkan pelaku pasar hampir pasti memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga pada 17 September, dengan peluang sekitar 7% untuk penurunan super-sized sebesar 50 basis poin.
“Sebagian besar kelas aset mulai dari obligasi, saham, mata uang kripto, hingga mata uang non-dolar AS tengah reli,” kata Christopher Wong, analis strategi valas OCBC.
“Ini terjadi seiring data AS yang melemah, khususnya pasar tenaga kerja, dan laporan inflasi menunjukkan dampak tarif masih terbatas untuk saat ini.”
Indeks dolar AS diperdagangkan mendatar hari ini setelah turun 0,8% dalam dua sesi sebelumnya, menyentuh 97,626 pada Rabu (13/8) level terendah sejak 28 Juli.
Meski pertemuan The Fed berikutnya masih lebih dari sebulan, simposium Jackson Hole pekan depan dipandang sebagai ajang penting untuk memberi sinyal arah kebijakan moneter.
Baca Juga: Rupiah Menguat ke Rp 16.097 Per Dolar AS, Berikut Sentimen Penopangnya
Secara historis, forum tersebut kerap menjadi panggung pengumuman atau penguatan arah kebijakan bank sentral.
Sehari sebelumnya, bank sentral Thailand memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin, pemangkasan keempat dalam 10 bulan terakhir.
Baht Thailand stagnan dan indeks saham Bangkok melemah 0,81%. Saham Mumbai dan Seoul menguat lebih dari 0,2%, sedangkan bursa Singapura dan Taiwan melemah 0,3% masing-masing.
Sementara itu, yen Jepang menjadi mata uang dengan pergerakan terbesar di Asia, menguat ke level tertinggi dalam tiga pekan di 146,38 per dolar AS.
Setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan kepada Bloomberg Television bahwa Bank of Japan tertinggal dalam penyesuaian kebijakan dengan menunda kenaikan suku bunga.