Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - ISLAMABAD- NEW DELHI — Konflik antara dua negara pemilik senjata nuklir, India dan Pakistan, makin memanas. Sabtu (10/5), kedua negara melancarkan serangan dan serangan balasan terhadap instalasi militer masing-masing, memicu kekhawatiran internasional akan potensi eskalasi yang lebih besar, bahkan penggunaan senjata nuklir.
Kementerian Pertahanan Pakistan menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan operasi militer yang diberi nama "Operation Bunyanun Marsoos" menargetkan beberapa basis militer India, termasuk lokasi penyimpanan rudal di wilayah utara India.
Serangan ini diklaim sebagai balasan atas serangan militer India sebelumnya yang menghantam tiga pangkalan udara di Pakistan.
Sementara itu, pihak militer India menyebut serangan Pakistan telah direspons secara tepat dan efektif. Militer India mengonfirmasi adanya kerusakan terbatas di empat stasiun angkatan udara di negara bagian Punjab, dan menyatakan tetap berada dalam status siaga tinggi.
Lima warga sipil dilaporkan tewas di wilayah Jammu, Kashmir India, akibat serangan rudal dan drone. Suara ledakan menggema di Kashmir dan kota suci Amritsar hingga dini hari, memaksa warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Baca Juga: India dan Pakistan Saling Serang, Kini di Ambang Konflik Terbuka
AS Serukan Dialog
Di tengah kekhawatiran bahwa konflik ini bisa melibatkan persenjataan nuklir, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio menghubungi Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan Jenderal Asim Munir dan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar.
Amerika mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dan memulai komunikasi langsung guna mencegah salah perhitungan.
“Pendekatan India selalu terukur dan bertanggung jawab, dan akan tetap demikian,” tulis Jaishankar di platform X usai pembicaraan dengan Rubio.
Meski Pakistan memiliki senjata nuklir tanpa kebijakan “no-first-use”, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif mencoba meredakan kekhawatiran dengan menyebut kemungkinan penggunaan nuklir sebagai “sangat jauh” dan tidak relevan dalam konteks saat ini.
Krisis Kemanusiaan
Warga sipil di kedua sisi perbatasan kini mulai menimbun bahan makanan dan kebutuhan pokok. Di New Delhi, sirene darurat dipasang di gedung-gedung tinggi meski kota itu berjarak sekitar 650 kilometer dari perbatasan.
India menyebut bahwa konflik saat ini bermula dari serangan balasan atas aksi teror terhadap turis Hindu di Kashmir bulan lalu, yang dituduhkan kepada kelompok yang berbasis di Pakistan. Tuduhan itu dibantah Islamabad. Sejak Rabu, rentetan baku tembak, peluncuran drone, dan serangan rudal telah mewarnai langit perbatasan.
Para analis menyebut situasi saat ini sebagai yang paling berbahaya sejak perang Kargil pada 1999. Dengan kedua negara tampaknya bersiap untuk putaran konfrontasi berikutnya, dunia kini menahan napas menanti langkah selanjutnya.
Baca Juga: Lakukan Aksi Balasan, Pakistan Luncurkan Serangan Militer terhadap India
Sebelumnya Presiden Pakistan Asif Ali Zardari mengutuk keras tindakan agresif India yang menyerang wilayah sipil di sepanjang perbatasan kedua negara. Dalam pernyataan resminya, Zardari menilai aksi tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional, Piagam PBB, dan kedaulatan Pakistan.
“Menargetkan pemukiman sipil adalah tindakan pengecut dan melanggar hukum internasional. Pakistan akan memberikan balasan tegas dan setimpal terhadap agresi India,” tegas Presiden Zardari.
Ia menambahkan bahwa seluruh rakyat Pakistan berdiri teguh di belakang angkatan bersenjata yang gagah berani, yang selalu siap melindungi setiap jengkal tanah air. “Angkatan bersenjata kami siap dan mampu mempertahankan tanah air. Kami tidak akan tinggal diam terhadap tindakan semena-mena,” ujarnya.
Zardari juga mengecam keras motif politik di balik tindakan India. Ia menyebut bahwa pemerintahan India saat ini rela mengorbankan perdamaian dan stabilitas kawasan hanya demi ambisi politik sempit mereka.
“Ini adalah wajah sebenarnya dari pemerintahan fasis yang sedang berkuasa di India,” tuturnya.
Ketegangan antara kedua negara kembali meningkat setelah laporan bahwa sejumlah daerah pemukiman di Pakistan terkena serangan lintas batas dari militer India tanpa provokasi yang jelas.
Presiden Zardari menutup pernyataannya dengan menegaskan komitmen Pakistan terhadap perdamaian, namun tidak akan ragu untuk merespons setiap ancaman terhadap kedaulatan dan integritas wilayahnya.