Sumber: TASS | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Membalas tuduhan Barat, pihak Rusia kini mencurigai latihan militer NATO di perairan Eropa bulan Juli lalu adalah penyebab kebocoran pipa gas Nord Stream.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, pada hari Kamis (29/9), menyoroti adanya latihan militer NATO yang menggunakan peralatan laut dalam di dekat situs kebocoran Nord Stream.
"Pada bulan Juli, ada latihan NATO dengan menggunakan peralatan laut dalam di daerah pulau Bornholm. Kawasan itu dijejali infrastruktur NATO," ungkap Zakharova, seperti dikutip TASS.
Nord Stream pada hari Selasa (27/9) melaporkan, ada tiga jaringan pipa gas lepas pantai Nord Stream 1 dan 2 telah mengalami kerusakan yang belum pernah terjadi. Kerusakan tersebut pertama kali ditemukan pada hari Senin (26/9).
Baca Juga: Sekjen PBB Mengecam Pencaplokan Empat Wilayah Ukraina oleh Rusia
Seismolog Swedia kemudian melaporkan bahwa dua ledakan telah dicatat di sepanjang jalur pipa Nord Stream pada hari Senin.
Pada hari Kamis, Penjaga Pantai Swedia menemukan kebocoran gas lain dari pipa Nord Stream 1 dan Nord Stream 2.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyebut ada upaya sabotase di balik insiden tersebut. Pihaknya menduga insiden merupakan gangguan yang disengaja terhadap infrastruktur energi Eropa.
Rusia langsung jadi kambing hitam dari insiden ini, mengingat Nord Stream menyalurkan gas dari Rusia ke Eropa yang sedang berselisih sejak perang di Ukraina.
Baca Juga: Dituding Jadi Dalang Kebocoran Pipa Gas Nord Stream, Kremlin: Itu Konspirasi Bodoh
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, langsung buka suara pada hari Rabu (28/9). Baginya, tuduhan negara Barat itu sama sekali tidak masuk akal.
"Cukup dapat diprediksi, dan juga dapat diprediksi bodoh untuk menyuarakan versi seperti itu. Itu dapat diprediksi, bodoh dan tidak masuk akal" kata Peskov, seperti dikutip TASS.
Peskov juga menjelaskan bahwa insiden yang terjadi di pipa gas Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 juga menimbulkan dilema besar bagi Rusia.
"Ini adalah masalah besar bagi kami. Kedua jalur Nord Stream 2 diisi dengan gas, seluruh sistem siap untuk memompa gas, dan gas ini sangat mahal," lanjutnya.
Peskov mengaku sangat prihatin dengan insiden tersebut. Apalagi, ini terjadi ketika Eropa sedang mengalami kesulitan dalam mendapatkan gas alam.