Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BEIJING. Berdasarkan hasil survei CNNMoney, sejumlah ekonom meramal China akan membukukan pertumbuhan kuartalan terburuk sejak krisis finansial.
Berdasarkan nilai tengah estimasi survei, Produk Domestik Bruto China diprediksi hanya akan tumbuh sebesar 6,9% bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Estimasi ini sedikit lebih rendah dari tingkat pertumbuhan PDB kuartal I sebesar 7%. Ke depannya, ekonom memproyeksikan pertumbuhan PDB tahun ini sebesar 6,95%. Sedangkan untuk tahun 2016, pertumbuhannya hanya sebesar 6,5%.
Tak diragukan lagi, saat ini, perekonomian China tengah terpuruk. Ekonom mengatakan, pemerintah China tak memiliki pilihan lain melainkan melanjutkan kebijakan untuk menstimulasi perekonomian. Apalagi, data-data ekonomi China sangat mengecewakan.
"Data ekonomi China diprediksi akan menunjukkan perlambatan pertumbuhan pada aktivitas riil. Perekonomian yang memburuk mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat memacu pertumbuhan," jelas ekonom UBS Harrison Hu dan Wang Tao.
Di sepanjang tahun ini, pemerintah China sudah memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak tiga kali. Terakhir, kebijakan ini dilakukan pada dua pekan lalu.
Menurut ekonom, pemangkasan suku bunga dilakukan lebih cepat dari prediksi untuk menyeimbangkan kejatuhan pasar saham yang terjadi beberapa minggu terakhir.
Sekitar 50% ekonom yang disurvei oleh CNNMoney mengatakan, guncangan pasar saham menjadi risiko utama bagi perekonomian China. Ini merupakan kali pertama pasar saham menjadi kecemasan utama bagi ekonomi China. Sebelumnya, para ekonom lebih mencemaskan mengenai sektor properti China yang rentan mengalami bubble.
Memang, bursa China mengalami roller-coaster yang cukup liar dalam beberapa pekan terakhir. Di satu titik, market value yang terhapus di pasar China mencapai US$ 3 triliun. Indeks Shanghai Composite, misalnya, sudah ambles hingga 30% sejak 12 Juni lalu setelah mencatatkan kenaikan terbesarnya pada tahun ini. Kondisi yang terjadi sedemikian buruknya sehingga mendorong separuh dari 2.800 perusahaan tercatat di bursa China melakukan suspensi perdagangan.