kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ditekan Trump dan data perekonomian, akankah The Fed kembali pangkas bunga acuan?


Senin, 07 Oktober 2019 / 18:14 WIB
Ditekan Trump dan data perekonomian, akankah The Fed kembali pangkas bunga acuan?
ILUSTRASI. Bursa AS


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - DENVER. Jelang pertemuan The Fed yang akan berlangsung pada 29 Oktober hingga 30 Oktober mendatang banyak orang mulai memprediksi sikap Bank Sentral Amerika Serikat ini terhadap kebijakan suku bunga acuannya.

Mengutip Reuters, Senin (7/10), Presiden Bank Sentral Federal Reserve Kansas Esther George menolak gagasan The Fed harus memangkas suku bunga untuk mendorong inflasi yang rendah.

Ia menilai inflasi di AS terjadi karena kekuatan global yang tidak bisa dilawan oleh kebijakan moneter AS.

"Dalam keadaan saat ini, kekhawatiran tentang inflasi yang rendah tampaknya tidak perlu. Ekonomi AS saat ini di tempat yang baik, dengan inflasi rendah, pengangguran rendah dan prospek pertumbuhan moderat yang berkelanjutan," kata George kepada National Association for Business Economics di Denver.

Baca Juga: Turun jadi 3,5%, angka pengangguran AS dekati level terendah dalam 50 tahun

Gubernur Fed Jerome Powell telah berulang kali menggambarkan ekonomi AS di tempat yang baik. Ia mendukung penurunan suku bunga AS sebagai kebijakan perlindungan terhadap efek memperlambat pertumbuhan global, juga meningkatnya ketidakpastian perang dagang ketika AS menaikkan tarif atas impor barang dari China.

Sebaliknya, George tidak setuju pada kedua pemangkasan suku bunga Fed pada bulan Juli dan September. The Fed saat ini menargetkan suku bunga jangka pendek dalam kisaran 1,75% hingga 2,00%. Sebagian besar pembuat kebijakan di The Fed mempercayai langkah ini bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi AS.

"Jika saya melihat konsumen kehilangan kepercayaan mereka, dan itu bisa terjadi, maka saya mungkin memikirkan kembali. Apalagi saat ini pengeluaran konsumen telah kuat. Saya memikirkan putaran tarif terbaru ini yang sebagian besar akan menghantam konsumen, dan sejauh mana hal itu dapat menyebabkan reaksi," tambah George.

Ia menambahkan, kecuali ada dampak ekonomi yang lebih luas, inflasi yang diredam saja tidak akan menjamin respons kebijakan. Bahkan, dia menyarankan, inflasi bisa tenggelam jauh di bawah target The Fed pada level 2%.

“Saya merasa lebih realistis untuk menerima bahwa akan ada fluktuasi sementara dan persisten di sekitar target jangka panjang ini dan selama mereka tidak melebihi ambang batas yang wajar - mungkin sebesar 50 bps atau bahkan 100 bps - mereka harus ditoleransi, tergantung pada kondisi ekonomi yang lebih luas, ”katanya.

Pandangan itu bertentangan dengan kekhawatiran yang diungkapkan oleh banyak pemimpin Fed selama bertahun-tahun lantaran target tujuan inflasi 2% bank sentral yang belum tercapai.

The Fed, yang selanjutnya bertemu 29 Oktober-30 Oktober, secara luas diperkirakan akan menurunkan suku bunga setidaknya sekali lagi tahun ini.

George mengatakan bahwa sementara setiap pertemuan adalah kesempatan untuk memikirkan kembali pendiriannya.

Baca Juga: Ekspektasi Penurunan Bunga The Fed Meningkat, Harga Emas Hari Naik Ke US$ 1.509,5

"Jika data yang masuk menunjukkan ekonomi yang secara luas lebih lemah, kebijakan penyesuaian mungkin tepat untuk mencapai mandat Federal Reserve untuk pekerjaan maksimum yang berkelanjutan dan harga yang stabil," kata George.

Ia menambahkan, The Fed haru berusaha untuk cepat mengembalikan inflasi ke level 2% dengan cepat dengan menyesuaikan tingkat bunga secara agresif, dampak berdampak pada salah mengalokasikan sumber daya dan menciptakan ketidakseimbangan keuangan.

Mengutip Bloomberg, Powell ingin mempertahankan suku bunga The Fed. Namun langkah ini menghadapi tekanan yang lebih besar agar bunga bank sentral untuk ketiga kali secara berturut-turut.




TERBARU

[X]
×