Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA/LONDON. Dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada Senin (8/12/2025), menjelang pekan yang dipenuhi dengan pertemuan bank sentral dunia dan akan dipimpin oleh Federal Reserve (The Fed). Penurunan suku bunga The Fed hampir pasti terjadi, meskipun anggota komite The Fed sangat terpecah-pecah bisa menjadi faktor yang tidak terduga.
Indeks dolar (DXY) yang mengukur pergerakan dolar terhadap 6 mata uang utama turun 0,035% ke level 98,95 pada Senin (8/12/2025) pukul 17.10 WIB.
Selain keputusan The Fed pada hari Rabu, bank sentral Australia, Brasil, Kanada, dan Swiss juga mengadakan pertemuan penetapan suku bunga, meskipun tidak satu pun dari pertemuan tersebut diperkirakan akan mengubah kebijakan moneter.
Para analis memperkirakan The Fed akan melakukan "pemotongan suku bunga hawkish". Bahasa pernyataan, proyeksi median, dan konferensi pers Ketua Jerome Powell menunjukkan standar yang lebih tinggi untuk penurunan suku bunga lebih lanjut.
Baca Juga: Resmi Pisah dari Unilever, Magnum Ice Cream Segera Melantai di Bursa
Hal itu dapat mendukung dolar AS jika pernyataan The Fed nanti mendorong investor untuk mengurangi ekspektasi dua atau tiga kali pemotongan suku bunga tahun depan. Meskipun penyampaian pesan dapat menjadi rumit karena perpecahan di antara para pembuat kebijakan karena beberapa telah mengindikasikan niat pemungutan suara mereka.
"Kami memperkirakan akan melihat beberapa perbedaan pendapat, berpotensi dari anggota yang hawkish maupun dovish," kata Kepala Strategi Makro BNY, Bob Savage, dalam sebuah catatan kepada klien seperti dilansir Reuters.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) belum pernah mengalami tiga atau lebih perbedaan pendapat dalam satu rapat sejak 2019, dan itu hanya terjadi sembilan kali sejak 1990.
Meskipun mata uang dolar AS telah melemah selama tiga minggu terakhir, para investor optimistis dolar telah memulihkan sebagian dari tekanannya.
Pasar tenaga kerja AS melemah, tetapi pertumbuhan secara keseluruhan tetap terjaga, stimulus dari "One Big Beautiful Bill" seharusnya mulai terasa, dan inflasi masih jauh di atas target bank sentral sebesar 2%.
"Faktor-faktor ini dapat menghambat penurunan suku bunga lebih lanjut jika berdampak pada kondisi pasar tenaga kerja yang lebih kuat," kata ahli strategi mata uang MUFG, Lee Hardman.
Baca Juga: Ekspor Tanah Jarang China Melonjak pada November, Pasca Pertemuan Xi-Trump













