Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar AS melemah tajam pada perdagangan Jumat (14/11/2025) dan berada di jalur penurunan mingguan, seiring investor menunggu rilis tumpukan data ekonomi Amerika Serikat (AS) menyusul dibukanya kembali pemerintahan federal.
Pasar memperkirakan data yang tertunda itu kemungkinan akan menunjukkan pelemahan ekonomi.
Pelemahan dolar terjadi bersamaan dengan aksi jual pada saham dan obligasi AS, pola yang mengingatkan pada gejolak pasar April lalu, ketika investor memangkas ekspektasi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) pada Desember.
Baca Juga: AS Akan Hapus Tarif Sejumlah Produk dari Ekuador, Argentina, Guatemala & El Salvador
“Ada aroma ‘sell America’ kembali di pasar,” ujar Ray Attrill, Kepala Riset FX National Australia Bank.
Namun ekspektasi bahwa The Fed akan lebih hawkish tak mampu mengangkat dolar.
Mata uang AS itu sempat turun ke level terendah dua pekan terhadap euro. Euro kembali menembus level US$1,16 dan terakhir berada di US$1,1630.
Franc Swiss juga bertahan dekat level tertinggi tiga pekan, berada di 0,7933 per dolar.
Sementara indeks dolar melemah mendekati level terendah dua pekan di 99,27 dan menuju pelemahan 0,3% sepanjang pekan.
Baca Juga: Cacat Kecil, Risiko Besar: Honda Recall Ratusan Ribu Civic karena Masalah Velg
Pasar Bersiap Sambut “Hujan Data Buruk” dari AS
“Mulai pekan depan, kita akan menerima banyak data ekonomi AS, dan kami perkirakan angkanya cukup buruk,” kata Joseph Capurso, Kepala Riset Forex CBA.
Ia menambahkan, meski data lemah biasanya mendorong ekspektasi pelonggaran moneter lebih agresif, ketidakpastian akibat data yang tidak lengkap justru membuat pasar menurunkan taruhan pemangkasan suku bunga.
Gedung Putih menyebut data tingkat pengangguran Oktober kemungkinan tak akan dirilis, karena survei rumah tangga yang menjadi dasar perhitungan tidak dilakukan selama shutdown.
“Saat berada dalam kabut, kita cenderung berkendara lebih pelan… kalau tidak tahu apa yang terjadi pada ekonomi, The Fed mungkin memperlambat langkah pemotongannya,” ujar Capurso.
Saat ini, investor melihat peluang pemangkasan suku bunga kurang dari 50% pada Desember, tetapi peluang penurunan pada Januari hampir sepenuhnya dihargakan pasar.
Ekspektasi suku bunga 2026 juga relatif stabil.
Baca Juga: Chip Jadi Senjata: China–Belanda di Ambang Perang Dagang Baru Gara-Gara Nexperia
Pound Melemah, Yen Sedikit Pulih
Poundsterling turun 0,3% ke US$1,3152, setelah sempat menguat sehari sebelumnya.
Pelemahan ini terjadi usai laporan Financial Times yang menyebut PM Inggris Keir Starmer dan Menteri Keuangan Rachel Reeves membatalkan rencana kenaikan tarif pajak penghasilan, hanya beberapa pekan sebelum anggaran 26 November.
“Pelemahan disiplin fiskal di tengah ketidakpastian politik bukan kabar baik bagi GBP,” ujar Sim Moh Siong, analis Bank of Singapore.
Yen Jepang sedikit menguat berkat melemahnya dolar, meski tetap dekat level terendah sembilan bulan.
Yen terakhir berada di 154,58 per dolar dan menuju penurunan 0,8% secara mingguan.
Baca Juga: China Ultimatum Jepang: Sentuh Taiwan, Siap-Siap Diserang Balik!
Aussie dan Kiwi Turut Tertekan
Dolar Australia diperdagangkan di US$0,6529, turun tipis setelah tertekan oleh sentimen risk-off.
Dolar Selandia Baru terakhir berada di US$0,5654, turun 0,25% pada sesi sebelumnya.













