Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Delegasi pemerintah Belanda akan melakukan perjalanan ke China “awal pekan depan” untuk mencari solusi terkait perselisihan mengenai perusahaan semikonduktor Nexperia. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Ekonomi Belanda Vincent Karremans pada Kamis.
“Sebuah delegasi pejabat senior dari kementerian saya akan pergi ke Beijing untuk melanjutkan upaya mencari solusi yang dapat disepakati bersama,” kata Karremans dalam pernyataannya.
Melansir Reuters, Karremans menyambut baik langkah China yang mulai melonggarkan aturan ekspor chip Nexperia, namun ia menegaskan bahwa pemerintah Belanda masih memantau situasi tersebut untuk memastikan kapan perdagangan chip dari fasilitas Nexperia di China dapat kembali berjalan normal.
Perselisihan geopolitik dan korporasi mencuat pada akhir September terkait Nexperia, pembuat miliaran chip untuk industri otomotif dan perangkat elektronik lainnya.
Baca Juga: China Longgarkan Pembatasan Ekspor Chip Nexperia untuk Keperluan Sipil
Setelah pemerintah Belanda mengambil alih kendali perusahaan tersebut karena kekhawatiran transfer teknologi ke perusahaan induk asal China, Wingtech, Beijing kemudian menerapkan kontrol ekspor terhadap produk Nexperia yang dibuat di China. Langkah ini mengancam rantai pasok industri otomotif global.
Saat ini, pemerintah Belanda memiliki hak veto terhadap keputusan strategis di perusahaan tersebut. Beijing bahkan mendesak sekutu-sekutu Belanda untuk menekan Den Haag agar memberi konsesi.
Secara terpisah, pengadilan Belanda menangguhkan CEO lama perusahaan sekaligus pendiri Wingtech karena dugaan mismanajemen.
Tonton: Belanda Temukan Sepatu Kets Indonesia Terkontaminasi Cesium-137
Kesimpulan
Ketegangan Belanda–China terkait Nexperia semakin menunjukkan bagaimana isu teknologi kini menjadi alat negosiasi geopolitik. Belanda berupaya menenangkan situasi dengan mengirim delegasi tinggi ke Beijing, namun tetap mempertahankan kontrol strategis atas perusahaan tersebut karena kekhawatiran transfer teknologi sensitif. Sementara itu, China menggunakan tekanan perdagangan sebagai respons atas pengambilalihan kendali oleh Belanda. Konflik ini memperlihatkan bahwa persaingan teknologi global kini langsung mempengaruhi rantai pasok industri otomotif, diplomasi ekonomi, dan hubungan antarpemerintah.













