kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dua kutub berseberangan di tubuh The Fed jelang pengumuman bunga


Selasa, 17 September 2019 / 17:42 WIB
Dua kutub berseberangan di tubuh The Fed jelang pengumuman bunga
ILUSTRASI. Gedung Federal Reserve


Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - SAN FRANCISCO. The Federal Reserve menggelar pertemuan dua hari dimulai sejak Selasa ini (17/9) hingga Rabu (18/9) waktu Amerika Serikat (AS). Bank Sentral AS ini diprediksi akan menggunting suku bunga meski di tubuh The Fed sendiri terjadi perbedaan tajam.

Perbedaan di dalam Federal Reserve menyangkut prospek ekonomi Paman Sam dan bagaimana Bank Sentral AS akan meresponsnya.

Lonjakan harga minyak setelah serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi di akhir pekan lalu menambah daftar risiko yang dihadapi ekonomi AS yang sudah melambat akibat perang dagang dengan China dan pelemahan ekonomi global.

Baca Juga: Pergerakan pasar keuangan Indonesia masih bertumpu pada sentimen eksternal

Reuters melaporkan, di salah satu sisi ruang rapat besar The Fed, Presiden Fed St. Louis James Bullard dan Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari berada dipihak yang mendorong perlunya pemotongan tajam biaya pinjaman untuk melawan inflasi rendah dan kurva imbal hasil US Treasury yang terbalik.

Di sisi lain, Presiden Fed Cleveland Loretta Mester dan Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker berada dalam posisi menentang penurunan suku bunga. Dua orang ini menentang penurunan suku bunga pada bulan Juli 2019 lalu.

Ketua Fed Jerome Powell bakal menghadapi tugas yang sulit untuk menerima pandangan-pandangan tersebut dan argumen yang berbeda dari selusin pembuat kebijakan lainnya untuk menda[atkan konsensus.

Baca Juga: Perang Akibat Minyak Mengancam Pasar Keuangan

Tantangan utamanya adalah memahami data ekonomi yang menunjukkan industri manufaktur AS berkontraksi dan inflasi tetap lemah, bahkan ketika rumah tangga AS sudah getol berbelanja dan pemberi kerja menambah banyak pekerjaan.

"Perselisihan itu sangat terlihat. Jika Anda melihat ekonomi hari ini, Anda melihat ekonomi yang bercabang dua ... Pertanyaan kuncinya adalah apakah kelemahan itu merembes ke dalam ekonomi, dan apakah itu makin parah," kata Gregory Daco, Kepala Ekonom AS di Oxford Economics seperti dikutip Reuters.

Sejak keputusan The Fed menurunkan suku bunga pada bulan Juli lalu, data ekonomi AS telah memberikan sinyal beragam.

Penjualan ritel yang kuat dan pertumbuhan upah yang berkelanjutan menjadi lasan Presiden Fed Boston Eric Rosengren bahwa kondisi ekonomi saat ini tidak membenarkan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut. Dia berbeda pendapat dalam keputusan The Fed pada bulan Juli lalu.

Sementara, perang perdagangan AS-Tiongkok yang sedang berlangsung membuat Presiden Fed Dallas Robert Kaplan khawatir tentang melambatnya output inudtri dan penurunan investasi bisnis. Kaplan oun mendukung penurunan suku bunga pada bulan Juli lalu.

Baca Juga: Fed fund rate turun, pasar obligasi Indonesia tetap menarik

Nah, bola liar terbaru yang akan ikut diperdebatkan dalam pertemuan The Fed pekan ini adalah munculnya serangan tak terduga terhadap fasilitas minyak Arab Saudi di akhir pekan lalu, yang memicu lonjakan terbesar dalam harga minyak dalam lebih dari dua dekade.

Pejabat Fed bisa melihat perkembangan ini sebagai risiko terhadap prospek pertumbuhan ekonomi yang sudah rapuh, yang akan mendukung pelonggaran kebijakan lebih lanjut. Atau justru ini sebagai dorongan untuk kenaikan inflasi.

Para trader memperkirakan peluang 65,8% bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga pinjaman 25 basis poin menjadi kisaran 1,75% hingga 2% pada Rabu pekan ini (18/9).

Baca Juga: Dalam waktu dekat, pasar obligasi Indonesia dipengaruhi efek agenda FOMC

Secara keseluruhan, para trader juga menebak The Fed akan memangkas suku bung sekali lagi pada akhir tahun.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×