kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dubes Ukraina Bantah Ada Ancaman Konflik Beragama di Negaranya


Minggu, 22 Januari 2023 / 21:08 WIB
Dubes Ukraina Bantah Ada Ancaman Konflik Beragama di Negaranya
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin di kantor Kedubes Ukraina, Jakarta Selatan, Kamis (3/3/2022). Dubes Ukraina Bantah Ada Ancaman Konflik Beragama di Negaranya.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dubes Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menilai pernyataan Perwakilan Tetap Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Vasily Nebenzya bahwa Ukraina berada di ambang konflik agama adalah omong kosong.

Dubes Vasyl menilai pernyataan pihak Rusia pada sesi PBB dalam pembahasan HAM ibarat kaleng rombeng ditabuh ulang, serupa dengan ucapan Kepala Gereja Ortodoks Rusia Patriark Kirill kekalahan Rusia akan menyebabkan bencana bagi Gereja Ortodoks yang merupakan propaganda.

“Rusia hanya mempertontonkan bualan di hadapan dunia yang telah mengetahui tindakan keji mereka terhadap rakyat Ukraina. Adalah fakta Gereja Ortodoks merupakan agama mayoritas di Ukraina yang hidup damai berdampingan dengan agama lain termasuk Muslim di Krimea,” tuturnya dalam keterangannya, Minggu (22/1).

Baca Juga: Rusia Tingkatkan Penembakan di Wilayah Luar Donbas, Militer Ukraina Tetap Bertahan

Setiap tanggal 22 Januari bangsa Ukraina memperingati Hari Persatuan Ukraina atau Den' Sobornosti sekaligus peringatan 105 tahun Deklarasi Kemerdekaan Republik Rakyat yang tahun ini bertemakan “Kami mengembalikan milik kami. Ini adalah tujuan kemenangan.”

“Sebagai bangsa setanah air yang hidup berdampingan dalam damai, tidak masuk akal jika kemudian jika Kepala Gereja Ortodoks Rusia Patriark Kirill menilai perjuangan bangsa Ukraina sebagai memusuhi otoritas keagamaan yang kami anut,” tutur Dubes yang menganut Kristen Ortodoks tersebut.

Mungkin, lanjutnya, lebih tepat mereka [Rusia] ketakutan otoritas agama mereka memudar karena Kepala Gereja Ortodoks Rusia Patriark Kirill adalah pemimpin agama yang merestui penjajahan sehingga Gereja Ortodoks di Ukraina memilih untuk bersikap tidak mengakui otoritasnya.

Dubes Ukraina menegaskan ancaman konflik agama jelas bertolak belakang dengan fakta bahwa bangsa Ukraina memperingati Hari Persatuan Ukraina atau Den' Sobornosti yang memiliki kesejarahan Panjang sejak 22 Januari 1918 ketika Republik Rakyat Ukraina mendeklarasikan Kemerdekaan dan memperjuangkan hak untuk menjadi "Negara rakyat Ukraina yang merdeka, bebas, dan berdaulat". 

Baca Juga: Syarat Jadi Anggota NATO, Turki Minta Swedia dan Finlandia Serahkan 130 Teroris

Fakta ini sekaligus membantah klaim propaganda Rusia bahwa negara Ukraina seharusnya tidak pernah ada. Penegasan tekad bangsa Ukraina untuk merdeka itu dilakukan pada 24 Agustus 1991, ketika menyatakan berpisah dari cengkeraman Uni Soviet.

Menurut Dubes Vasyl Hamianin gagasan sebagai bangsa Ukraina yang bersatu dan merdeka semakin menguat ketika mendapatkan cobaan berat dari agresor Rusia yang menggunakan beragam alasan tidak masuk akal.

“Jadi pembebasan dari penjajah Rusia di semua tanah Ukraina adalah tujuan kita bersama. Gagasan Persatuan adalah dan tetap menjadi nilai nasional dasar Ukraina. Dan sekarang ini masih merupakan prasyarat yang diperlukan untuk keberhasilan perlawanan kita terhadap agresi eksternal,” tuturnya.

Saat ini, lanjutnya, bangsa Ukraina bekerja keras hingga titik darah penghabisan untuk merebut kembali setiap jengkal wilayah Ukraina yang direbut musuh, dan memulihkan wilayah Donetsk, wilayah Luhansk, dan Krimea.




TERBARU

[X]
×