Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Starbucks memangkas proyeksi penjualan tahunan, setelah melaporkan penurunan rerata penjualan per toko untuk pertama kalinya dalam tiga tahun. Penjualan Starbucks secara global turun 6%.
Ini karena permintaan kopi di Amerika Serikat (AS) dan China tengah melemah. Kedua negara tersebut merupakan pasar terbesar Starbucks.
Rerata penjualan per toko di China turun 11%. Sementara penjualan di AS turun 3%. Di negeri Uwak Sam ini, Starbucks menghadapi penurunan permintaan karena cuaca dingin di Januari lalu. Kondisi makro yang tidak stabil juga disebut membebani penjualan minuman mahal.
Baca Juga: Wall Street Bersiap untuk Suku Bunga The Fed, S&P 500 dan Nasdaq Tergelincir
Selain itu, sebagaimana sejumlah perusahaan makanan minuman barat lainnya, juga menerima efek negatif dari kampanye boikot dari negara Timur Tengah dan negara tertentu lain lantaran dianggap mendukung Israel.
Starbucks memperkirakan, pertumbuhan penjualan global maupun di Amerika Serikat akan turun satu digit, atau bergerak mendatar selama setahun penuh. Sebelumnya, Starbucks memperkirakan penjualan akan tumbuh 4%-6%. "Kuartal kedua akan lebih menantang," kata Rachel Ruggeri, CFO Starbucks, seperti dikutip Reuters, kemarin.
Menurut Ruggeri, hambatan yang terjadi di kuartal lalu akan berlanjut, sehingga Starbucks harus mengubah strategi dan mencari cara untuk menarik permintaan.
Margin operasional Starbucks di kuartal pertama juga turun 240 basis poin menjadi 12,8%. Ini karena Starbucks bergulat dengan pasar tenaga kerja yang tertekan dan promosi berlebihan untuk meningkatkan permintaan.
Starbucks mencetak laba per saham US$ 68 sen. Realisasi ini meleset dari ekspektasi analis, yakni US$ 79 sen.
Baca Juga: Starbucks Rayakan Earth Month dengan Berfokus pada Upaya Keberlanjutan Bersama-sama
"Kami melihat pemulihan ekonomi lebih lambat dari perkiraan. Kami juga melihat persaingan yang ketat di antara para pemain di pasar," kata CEO Starbucks Laxman Narasimhan. Data dari M Science menunjukkan pertumbuhan penjualan semakin melambat sejak Februari tahun ini.