kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.956.000   25.000   1,29%
  • USD/IDR 16.555   0,00   0,00%
  • IDX 6.926   28,03   0,41%
  • KOMPAS100 1.005   3,86   0,39%
  • LQ45 777   2,30   0,30%
  • ISSI 221   0,99   0,45%
  • IDX30 403   1,61   0,40%
  • IDXHIDIV20 475   0,87   0,18%
  • IDX80 113   0,26   0,23%
  • IDXV30 115   0,38   0,33%
  • IDXQ30 131   -0,13   -0,10%

Efek Tarif Tinggi, Merger Akuisisi Global Anjlok ke Level Terendah Dalam Dua Dekade


Rabu, 07 Mei 2025 / 16:53 WIB
Efek Tarif Tinggi, Merger Akuisisi Global Anjlok ke Level Terendah Dalam Dua Dekade
ILUSTRASI. ilustrasi merger dan akuisisi, mergers and acquisitions 


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Aktivitas merger dan akuisisi (M&A) global mengalami penurunan tajam ke level terendah dalam dua dekade pada April 2025. Perang dagang yang disulut Presiden AS Donald Trump dengan memberlakukan tarif impor terhadap semua negara disebut menjadi salah satu penyebab.

Data Dealogic yang dikumpulkan untuk Reuters menunjukkan jumlah aktivitas M&A yang diumumkan secara global dan dianggap sebagai indikator kesehatan ekonomi dunia jatuh ke angka yang lebih rendah dari masa-masa paling suram selama pandemi COVID-19 maupun krisis keuangan global 2008-2009.

Di Amerika Serikat, yang merupakan pasar M&A terbesar dunia, hanya membuat 555 kesepakatan yang tercatat sepanjang April. Angka ini menjadi yang terendah sejak Mei 2009.

Baca Juga: Merger, Saham Mandala Finance (MFIN) Akan Didelisting

Hari pengumuman tarif oleh Trump yang dijuluki sebagai "Liberation Day" oleh pemerintahannya memicu gejolak pasar keuangan global. Sejumlah CEO dari perusahaan seperti Chime dan StubHub bahkan menunda rencana penawaran saham perdana (IPO). Negara-negara lain pun segera menanggapi dengan tindakan balasan atas kebijakan tersebut.

Ketidakpastian kebijakan membuat para bankir yang biasanya mendapatkan komisi dan bonus dari transaksi M&A dan IPO juga menyarankan klien untuk menunda langkah-langkah strategis mereka. "Saya menyarankan klien untuk menunggu," kata Lorenzo Paoletti, Managing Director di Truist Securities. CEO dan CFO belum sepenuhnya memahami dampak tarif ini. Jadi lebih baik simpan kas sampai kebijakan AS lebih jelas.

Awalnya, tahun 2025 akan menjadi tahun gemilang untuk M&A di bawah pemerintahan pro-bisnis Trump. Namun, kenyataannya, perang dagang global membuat jumlah kesepakatan turun drastis menjadi hanya 2.330 kesepakatan sepanjang Apri. Ini menjadi angka terendah sejak Februari 2005 dan 34% di bawah rata-rata bulanan historis.

Beberapa transaksi besar sempat memberikan sedikit harapan, seperti akuisisi senilai US$ 24,25 miliar oleh Global Payments terhadap perusahaan jasa pemrosesan kartu dan layanan akun. Namun, nilai total aktivitas M&A global tetap merosot ke US$ 243 miliar, turun 54% dibandingkan bulan Maret dan 20% di bawah rata-rata dua dekade terakhir.

“Kami melihat efek berantai dalam semua proses due diligence yang kami lakukan,” ujar Kristin Pothier, pemimpin strategi dan konsultasi transaksi global di KPMG.

Baca Juga: Merger dengan Adira, Saham Mandala Finance Akan Dihapus dari Bursa

Perang dagang yang saling membalas itu juga mendorong volatilitas pasar ke tingkat tertinggi dalam sejarah. Menurut analis Morgan Stanley, Lisa Shalett, hal ini diperparah pernyataan yang tidak konsisten dari Gedung Putih tentang kebijakan tarif.  

Pada 2 April, Trump menetapkan tarif minimum 10% untuk seluruh impor AS, dengan tarif lebih tinggi untuk mitra-mitra utama dari Eropa hingga Jepang, termasuk tarif terhadap China yang mencapai total 145%. Selain itu, ancaman Trump untuk memecat Ketua The Fed Jerome Powell turut menimbulkan kekhawatiran tentang independensi politik bank sentral AS.

Namun, ada secercah harapan dari sektor teknologi. Transaksi M&A di industri teknologi, yang lebih menekankan pada kekayaan intelektual seperti algoritma dan perangkat lunak ketimbang barang fisik yang terkena tarif, tetap menunjukkan aktivitas. Sektor ini menyumbang hampir 40% dari sekitar US$ 600 miliar kesepakatan yang ditandatangani di AS tahun ini. AS sendiri menyumbang hampir setengah dari total nilai transaksi global.

Dampak ketidakpastian akibat tarif berbeda-beda di setiap sektor. Sektor seperti telekomunikasi, media, layanan, minyak dan gas serta utilitas relatif lebih tahan terhadap tarif. "Namun, sektor industri, kesehatan, dan teknologi mengalami tekanan besar dalam penyesuaian model bisnis mereka," ujar Kevin Cox, kepala global M&A di Citi.

“Siapa pun yang memproduksi baik menggunakan bahan baku dari luar negeri maupun mengekspor produk jadi—akan terdampak,” ujar Cox. Timnya saat ini menyarankan klien untuk memahami lebih dalam risiko tambahan dari model bisnis target akuisisi dan potensi imbal hasilnya.

Salah satu transaksi besar yang dipandu oleh Citi adalah penjualan anak usaha perangkat lunak penerbangan milik Boeing, Jeppesen, ke Thoma Bravo senilai US$ 10,6 miliar pada 22 April, yang dikategorikan sebagai kesepakatan teknologi.

Baca Juga: Resmi Merger, XLSMART Fokus Kembangkan Inovasi dan Teknologi untuk Pelanggan

“Volatilitas sangat memengaruhi transaksi. Pembeli harus memasukkan risiko tambahan ini ke dalam harga, atau memilih menunggu sampai situasinya lebih jelas," kata Cox. 

Selanjutnya: Hujan Guyur Daerah Ini, Simak Prakiraan Cuaca Besok (8/5) di Banten

Menarik Dibaca: Hujan Guyur Daerah Ini, Simak Prakiraan Cuaca Besok (8/5) di Banten



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×