Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
Ekonomi China tumbuh hanya 3% tahun lalu karena pembatasan Covid, meleset jauh dari target resmi Pemerintah China.
Sebagian besar analis mengatakan pembuat kebijakan China tidak mungkin memberikan stimulus agresif karena kekhawatiran tentang meningkatnya risiko utang.
Namun, perlambatan yang lebih dalam dapat memicu lebih banyak kehilangan pekerjaan dan memicu risiko deflasi, yang semakin merusak kepercayaan sektor swasta.
Tingkat pengangguran kaum muda China naik menjadi 21,3% di bulan Juni dari 20,8% di bulan Mei, rekor tertinggi baru, karena para lulusan berebut penawaran terbatas selama musim berburu pekerjaan.
Baca Juga: Mengapa Negara-Negara Tetangga Jepang Panik atas Pembuangan Air Fukushima?
Sektor properti China, yang menyumbang sekitar seperempat ekonomi, tetap berada dalam tren turun, dengan harga rumah baru untuk bulan Juni terhenti.
Investasi properti merosot 20,6% pada Juni tahun-ke-tahun setelah penurunan 21,5% pada Mei, menurut perhitungan Reuters.
Seorang pejabat senior bank sentral mengatakan pada hari Jumat bahwa bank akan menggunakan alat kebijakan seperti rasio persyaratan cadangan (RRR) dan fasilitas pinjaman jangka menengah untuk mengatasi tantangan ekonomi.
Bulan lalu, bank sentral memangkas suku bunga acuan pinjaman sebesar 10 basis poin.
Baca Juga: Xi Jinping: China Harus Bangun Keamanan Siber yang Kokoh