kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonomi Global Gelap dan Meredup, Ekonomi Asia jadi Titik Terang


Rabu, 19 Oktober 2022 / 04:44 WIB
Ekonomi Global Gelap dan Meredup, Ekonomi Asia jadi Titik Terang
ILUSTRASI. Dana Moneter Internasional (IMF) menilai, ekonomi Asia bakal cukup kuat bertahan di tengah pelemahan ekonomi global. REUTERS/Thanh Hue


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) menilai, ekonomi Asia bakal cukup kuat bertahan di tengah pelemahan ekonomi global.  

Melansir laporan terbaru IMF yang berjudul Asia Sails Into Headwinds From Rate Hikes, War, and China Slowdown, IMF menjelaskan perekonomian Asia memang akan dihantam oleh sejumlah masalah. Kondisi tersebut akan menyebabkan rebound ekonomi Asia yang kuat pada awal tahun ini kehilangan momentumnya. Menurut IMF, pertumbuhan kuartal kedua Asia bakal lebih lemah dari perkiraan. 

IMF bilang, pihaknya telah memangkas perkiraan pertumbuhan untuk Asia dan Pasifik menjadi 4% tahun ini dan 4,3% tahun depan, yang jauh di bawah rata-rata 5,5% selama dua dekade terakhir. 

"Meskipun demikian, Asia tetap menjadi titik terang relatif dalam ekonomi global yang semakin meredup," jelas IMF.

Ada tiga masalah utama yang tengah dihadapi perekonomian Asia saat ini. Pertama, pengetatan tajam kondisi keuangan, yang meningkatkan biaya pinjaman pemerintah, karena bank sentral di negara maju utama terus menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi tercepat dalam beberapa dekade. 

Baca Juga: Respon Ancaman Pangan Global, G20 Berhasil Kumpulkan Dana US$ 60,5 Miliar

"Mata uang yang terdepresiasi dengan cepat dapat semakin memperumit tantangan kebijakan," kata IMF.

Kedua, invasi Rusia ke Ukraina yang masih berkecamuk dan terus memicu perlambatan tajam aktivitas ekonomi di Eropa akan menurunkan permintaan eksternal untuk ekspor Asia.

Ketiga, kebijakan ketat nol-COVID China dan penguncian terkait, yang, ditambah dengan gejolak yang semakin dalam di sektor real estat, telah menyebabkan perlambatan pertumbuhan yang tidak seperti biasanya dan tajam. Pada gilirannya hal ini akan melemahkan momentum di negara-negara ekonomi yang terhubung dengan China.

Baca Juga: Nouriel Roubini Ramal Akan Terjadi Krisis Keuangan Besar, Hindari 2 Investasi Ini

IMF juga memprediksi, Asia Tenggara kemungkinan akan menikmati pemulihan yang kuat. Ekonomi Vietnam, yang diuntungkan dari semakin pentingnya rantai pasokan global, diperkirakan akan tumbuh 7%. Ekonomi Filipina diperkirakan akan tumbuh 6,5% tahun ini. Sedangkan pertumbuhan di Indonesia dan Malaysia akan mencapai 5%.

"Kamboja dan Thailand akan berkembang lebih cepat pada tahun 2023 dengan kemungkinan peningkatan pariwisata asing," kata IMF. 

Adapun ekonomi Myanmar, yang telah mengalami resesi mendalam akibat kudeta dan pandemi, pertumbuhannya tahun ini diperkirakan akan stabil pada tingkat rendah di tengah berlanjutnya kerusuhan dan penderitaan.

Namun, ada pula negara-negara Asia yang masih akan mengalami kesulitan besar dalam perekonomiannya. Sri Lanka masih mengalami krisis ekonomi yang parah, meskipun pihak berwenang telah mencapai kesepakatan dengan staf IMF tentang program yang akan membantu menstabilkan ekonomi.

Baca Juga: Harga Minyak Terungkit, Kebijakan Moneter Longgar China Imbangi Kekhawatiran Resesi

Di Bangladesh, perang di Ukraina dan harga komoditas yang tinggi telah menghambat pemulihan yang kuat dari pandemi. Pihak berwenang telah terlebih dahulu meminta program yang didukung IMF yang akan memperkuat posisi eksternal, dan akses ke Dana Ketahanan dan Keberlanjutan IMF yang baru untuk memenuhi kebutuhan pendanaan iklim mereka yang besar.

Ekonomi utang tinggi seperti Maladewa, Laos, dan Papua Nugini, dan mereka yang menghadapi risiko pembiayaan kembali, seperti Mongolia, juga menghadapi tantangan besar.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×