Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. The Bank for International Settlements (BIS) menyatakan politikus di berbagai dunia mesti segera mengantisipasi dengan membuat regulasi atas atas potensi risiko dari langkah Facebook yang hendak masuk ke bisnis keuangan.
Facebook sebagaimana yang dilaporkan Reuters pekan lau mengumumkan niat untuk berekspansi masuk ke industri keuangan dengan merilis mata uang kripto bertajuk Libra. BIS menyatakan bank sentral dan bankir di berbagai negara terus menyoroti langkah Facebook ini.
Alasannya, menurut BIS dengan basis data individu yang dimiliki Facebook, rencana media sosial pimpinan Mark Zuckerberg ini berpotensi menganggu stabilitas sistem keuangan. Langkah Facebook akan bersinggungan dengan kompetisi dengan bank, kerahasiaan data, pasar. Seluruh area yang mestinya memang diatur ketat oleh regulator. Meskipun, BIS mengaku, bisnis bank tak akan serta merta terganggu.
“Untuk memungkinkan koordinasi, saya pikir pemimpin dunia mesti mengambil langkah segera,” kata economic adviser and head of research BIS Hyun Song Shin.
Shin menganjurkan agar negara-negara G-20 dapat segera mengambil langkah. Meskipun sebelumnya telah ada perbincangan mengenai hal ini dalam kelompok yang terdiri dari tujuh negara ekonomi adidaya, namun tak ada tindak lanjutnya.
“Perusahaan-perusahaan teknologi yang merangsek industri keuangan menciptakan banyak elemen baru yang sama sekali tidak pernah diketahui sebelumnya. Hal ini harusnya mendorong pemangku kebijakan internasional untuk terlibat lebih aktif. Ini merupakan hal yang perlu kita perhatikan, cepat atau lambat,” papar Shin.
Shin menambahkan, sebelumnya BIS juga telah menggelar sebuah forum di Basel, Swiss dengan inisiator proyek Libra. Namun dari pertemuan tersebut, BIS disebutnya tak mendapatkan informasi apapun kecuali yang sudah dipublikasi Facebook.
Facebook dalam pertemuan tersebut dijelaskan enggan memberikan detil soal proyek Libra. Mereka enggan menjawab pertanyaan: regulasi apa yang dimungkinkan untuk mengatur proyek Libra.
Bank saat ini memang tengah menghadapi tantangan dari para pemain teknologi finansial, namun Tekfin relatif berskala kecil, dan tak punya basis data macam perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Facebook, Alibaba, Amazom, Apple, dan eBay. Makanya ketika raksasa teknologi ini berekspansi ke industri keuangan, muncul kekhawatiran bagi perbankan.
Apalagi dari laporan BIS Minggu (23/6) diketahui perusahaan teknologi raksasa yang paling unggul berasal dari segmen media sosial, mesin pencari, dan e-commerce.
Shin menjelaskan masuknya raksasa teknologi akan membawa instabilitas sistem keuangan. Sebab ketika, perbankan menilai kelayakan nasabah dari skor kreditnya, mereka bisa mendapatkan data yang lebih detil dari perilaku konsumsi, maupun preferensi penggunanya.
“Ketika raksasa teknologi bias menyediakan layanan keuangan, secara sederhana orang-orang berpotensi meninggalkan layanan perbankan. Ini menciptakan masalah kompetisi dan kemanan data yang serius. Meskipun saya mengakui masih terlalu dini untuk memberi penilaian kepada mereka,” jelas Shin.
Makanya, ekspansi Facebook dan raksasa teknologi lain ke industri keuangan buat Shin mesti segera diantisipasi. Jika mereka melakukan kegiatan yang memang sudah ada regulasinya, maka tinggal mengikuti saja. Menciptakan regulasi baru dinilainya tak efisien.
Meski demikian, Shin menilai perbankan tak perlu terlalu khawatir, sebab selain masih memiliki keuntungan besar dibandingkan perusahana teknologi, sebuah studi misalnya yang terjadi dari perusahaan Tekfin yang merangsek pasar uang di China tak banyak menggerus tabungan di perbankan.