kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Eksportir senjata Rusia berkomitmen untuk terus memasok senjata ke militer Myanmar


Kamis, 22 Juli 2021 / 10:04 WIB
Eksportir senjata Rusia berkomitmen untuk terus memasok senjata ke militer Myanmar
ILUSTRASI. Tentara Myanmar berjalan di sepanjang jalan selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Eksportir senjata utama Rusia tetap berkomitmen untuk mengirim senjata ke junta Myanmar di tengah gejolak politik yang belum terkendali.

Rosoboronexport yang merupakan satu-satunya pihak perantara negara Rusia untuk eskpor dan impor produk pertahanan pada hari Rabu (21/7) menegaskan untuk tetap memasok perangkat keras militer termasuk pesawat terbang ke Myanmar.

"Ada kerja sama yang erat antara kami dalam penyediaan produk militer, termasuk pesawat terbang," ungkap Alexander Mikheev, kepala Rosoboronexport, seperti dikutip Reuters.

Mikheev menggambarkan Myanmar sebagai salah satu klien utama Rosoboronexport di Asia Tenggara dan mitra utama Rostec, perusahaan pertahanan dan kedirgantaraan Rusia.

Rusia memang jadi salah satu negara yang menjalin hubungan dekat, dan semakin dekat, dengan Myanmar sejak negara tersebut dikendlikan militer pada bulan Februari lalu.

Baca Juga: Panglima militer Myanmar ungkap rencana perkuat hubungan militer dengan Rusia

Rusia bahkan sempat mengundang pemimpin junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing ke Moskow untuk membicarakan tentang penguatan hubungan militer.

Hubungan pertahanan antara kedua negara telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu wujudnya adalah Rusia yang memberikan pelatihan tentara dan beasiswa universitas kepada ribuan tentara Myanmar.

Rusia juga menjual senjata ke militer Myanmar yang saat ini masuk ke dalam daftar hitam oleh beberapa negara Barat.

Keputusan otoritas pertahanan Rusia untuk tetap dekat dengan militer Myanmar di tengah krisis keamanan dalam negeri ini kerap mendapat kritik dari kelompok aktivis kemanusiaan.

Banyak kelompok aktivis HAM menuduh Rusia melegitimasi junta yang telah menyebabkan ratusan orang tewas dalam serangkaian gelombang unjuk rasa.

Selanjutnya: Gejolak politik Myanmar memaksa 230.000 penduduk mengungsi




TERBARU

[X]
×