Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - Taipan Amerika Serikat Elon Musk resmi menggabungkan platform media sosial X dengan perusahaan kecerdasan buatan miliknya, xAI, dalam kesepakatan bernilai US$ 33 miliar.
Langkah ini memungkinkan nilai xAI dibagikan kepada para investornya serta memperkuat pengembangan chatbot AI milik perusahaan, Grok.
Melalui unggahan di X, Musk menyatakan bahwa "masa depan xAI dan X saling terkait," dan penggabungan ini akan menyatukan data, model, komputasi, distribusi, serta talenta yang dimiliki kedua perusahaan.
Kesepakatan ini dilakukan dalam bentuk transaksi saham dengan nilai keseluruhan US$ 45 miliar, termasuk US$ 12 miliar dalam bentuk utang.
Baca Juga: Kekayaan Elon Musk Anjlok di Bawah US$400 Miliar untuk Pertama Kalinya pada 2025
Investor Arab Saudi
Investor asal Arab Saudi, Pangeran Alwaleed bin Talal, yang memiliki perusahaan investasi Kingdom Holding, mengaku telah meminta kesepakatan ini dilakukan. "Setelah transaksi ini, nilai investasi kami diperkirakan mencapai US$ 4 hingga US$ 5 miliar... dan terus bertambah," tulisnya di X. Kingdom Holding diketahui sebagai salah satu investor terbesar di X dan xAI setelah Musk.
Menurut analis D.A. Davidson, Gil Luria, angka US$ 45 miliar bukanlah kebetulan, melainkan US$ 1 miliar lebih tinggi dari harga pembelian Twitter oleh Musk pada tahun 2022.
Salah satu investor xAI, yang tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa mereka tidak terkejut dengan langkah ini, menganggapnya sebagai upaya Musk untuk mengonsolidasikan kendali dan manajemen atas perusahaan-perusahaannya sendiri. Musk juga tidak meminta persetujuan investor sebelum transaksi ini, tetapi menegaskan bahwa X dan xAI telah bekerja sama erat dan integrasi ini akan memperdalam pengembangan Grok.
Tonton: Aksi Protes Terhadap Trump dan Musk Mulai Marak di AS
Persaingan dengan OpenAI dan Dominasi AI
xAI, yang didirikan kurang dari dua tahun lalu, baru-baru ini memperoleh pendanaan US$ 10 miliar, dengan valuasi mencapai US$ 75 miliar. Perusahaan ini bersaing dengan OpenAI yang didukung Microsoft, serta startup asal China, DeepSeek.
Pada Februari lalu, Musk bersama konsorsiumnya mengajukan tawaran US$ 97,4 miliar untuk mengakuisisi OpenAI, namun tawaran tersebut ditolak. Ia kemudian menggugat OpenAI untuk mencegah perubahan statusnya dari organisasi nirlaba menjadi perusahaan berorientasi keuntungan. Namun, hakim menolak permintaan Musk untuk menghalangi perubahan tersebut.
Sebagai bagian dari strategi ekspansi AI-nya, xAI telah meningkatkan kapasitas pusat data guna melatih model AI yang lebih canggih. Superkomputer mereka di Memphis, Tennessee, bernama "Colossus," disebut sebagai yang terbesar di dunia. xAI juga baru saja meluncurkan chatbot terbaru mereka, Grok-3, pada Februari lalu.
Penggabungan dengan X memungkinkan xAI untuk mendistribusikan produknya lebih luas, serta mendapatkan akses ke data real-time pengguna, termasuk opini, tangkapan layar, dan informasi lainnya.
Setelah mengakuisisi Twitter, Musk memangkas besar-besaran jumlah karyawan, yang menyebabkan eksodus pengiklan dan penurunan pendapatan. Namun, baru-baru ini, para merek mulai kembali beriklan di X, seiring dengan meningkatnya pengaruh Musk di pemerintahan Trump.
Baca Juga: Makin Panas, OpenAI Klaim Belum Ada Tawaran Akuisisi dari Konsorsium Elon Musk
Sementara itu, tujuh bank yang awalnya memberikan pinjaman sebesar US$ 13 miliar kepada Musk untuk membeli X berhasil menjual seluruh utang tersebut bulan lalu, berkat lonjakan minat investor terhadap perusahaan AI dan perbaikan kinerja operasional X dalam dua kuartal terakhir.
Menurut Espen Robak, pendiri Pluris Valuation Advisors, yang mengkhususkan diri dalam aset tidak likuid, investor yang membeli utang tersebut kini akan meraup keuntungan besar. "Nilai utang itu pasti meningkat sekarang, jika tidak lunas seluruhnya," katanya.
Di sisi lain, pada Jumat lalu, hakim AS menolak upaya Musk untuk membatalkan gugatan yang menuduhnya menipu mantan pemegang saham Twitter dengan menunda pengungkapan kepemilikan sahamnya di perusahaan tersebut.
Dengan kesepakatan ini, Musk semakin memperkuat dominasi bisnisnya di bidang kecerdasan buatan, media sosial, dan infrastruktur data global.