Sumber: New York Times,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - RIYADH. Dalam episode baru intrik istana Saudi, Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman telah menahan tiga anggota keluarga kerajaan, termasuk adik lelaki raja dan seorang mantan putra mahkota yang berpotensi menjadi penghalang kekuasaannya.
Sumber New York Times membisikkan, Putra Mahkota telah menahan saudara lelaki raja, mantan putra mahkota dan sepupu, serta bangsawan yang mungkin dianggap sebagai ancaman bagi pemerintahannya.
Penahanan itu merupakan demonstrasi terakhir dari kesediaan putra mahkota untuk mengambil langkah-langkah luar biasa dalam menumpas pihak-pihak yang dianggapnya sebagai lawan.
Baca Juga: Arab Saudi menahan dua pangeran senior, termasuk adik lelaki Raja Salman
Putra Mahkota Mohammed menunjukkan cengkeraman besinya pada kerajaan pada tahun 2017 dengan menahan ratusan kerabat kerajaan dan pengusaha kaya Saudi di sebuah hotel Ritz-Carlton.
Tahun berikutnya ia mendapat sorotan internasional dengan memimpin pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di dalam Konsulat Saudi di Istanbul - sebuah pembunuhan yang menurut badan intelijen Amerika diperintahkan oleh sang pangeran.
Melansir New York Times, Mohammed menolak mundur dari intervensi militer selama lima tahun di Yaman yang telah membuat Saudi terperosok dalam kebuntuan berdarah dan menghasilkan bencana kemanusiaan.
Baca Juga: Arab Saudi: Iran harus tanggungjawab atas wabah virus corona!
Kini, penahanan tiga anggota kerajaan terjadi pada saat kekhawatiran tentang dampak virus corona telah memangkas harga minyak, yang nota bene merupakan sumber utama pendapatan kerajaan. Di sisi lain, rencana putra mahkota yang terkenal untuk mendiversifikasi ekonomi Saudi semakin jauh dari janjinya.
Menurut New York Times, penahanan itu tidak diumumkan oleh pemerintah Saudi, dan masih belum jelas apa yang menyebabkan penahanan tersebut. Seorang pejabat di Kedutaan Besar Saudi di Washington menolak berkomentar.
Hal ini diungkapkan oleh anggota keluarga kerajaan dan seseorang yang dekat dengan keluarga raja. Keduanya berbicara dengan syarat anonim karena sangat berbahaya berbicara tentang putra mahkota di hadapan publik.
Baca Juga: Arab Saudi hentikan sementara umrah, bagaimana nasib jemaah?
Seorang mantan pejabat senior Amerika juga mengonfirmasi penahanan itu.
Pangeran paling senior yang ditahan adalah Pangeran Ahmed bin Abdulaziz, adik dari Raja Salman, yang selama beberapa waktu merupakan harapan besar anggota keluarga. Dia juga masih dianggap sebagai hambatan besar bagi Mohammed bin Salman untuk naik takhta.
Pangeran lain yang ditahan adalah mantan putra mahkota, Mohammed bin Nayef, yang juga merupakan mantan menteri dalam negeri dan favorit lama Amerika. Dia telah mengembangkan hubungan dekat dengan agen-agen intelijen Amerika selama bertahun-tahun bekerja bersama ketika dia menjabat sebagai menteri dalam negeri. Namun dia disingkirkan dari kedua peran itu oleh putra mahkota saat ini pada tahun 2017 dan secara efektif berada di bawah tahanan rumah sejak saat itu.
Baca Juga: Masjid Al-Haram dan Masjid al-Nabawy dibuka lagi setelah disterilisasi
Adik laki-lakinya, Pangeran Nawaf bin Nayef, juga ditahan.
Putra mahkota, yang bertindak sebagai penguasa de facto kerajaan atas nama ayahnya yang sudah lanjut usia, Raja Salman, baru-baru ini menghadapi kritikan di dalam kerajaan dan dunia Muslim yang lebih luas atas keputusan sepihaknya untuk menghentikan kunjungan ke Mekah sebagai tanggapan terhadap virus corona.
Kelompok konservatif mengatakan, saat dia menghentikan kunjungan ziarah ke kota suci Mekkah, namun tempat hiburan modern yang didirikan putra mahkota ke kerajaan, seperti bioskop, tetap dibuka untuk umum.
Baca Juga: Jemaah umrah Indonesia yang tertahan di Yordania dipulangkan
Satu motif yang mungkin menjadi alasan bagi penahanan anggota kerajaan itu adalah terkait dengan penuaan ayah Pangeran Mohammed, Raja Salman, yang kini berusia 84 tahun. Dengan penahanan itu, putra mahkota bisa membungkam calon penantang demi suksesinya sendiri sebelum ayahnya meninggal atau melepaskan tahta.
Namun, tidak ada pangeran yang dia tahan, memberikan indikasi bahwa mereka bermaksud menantang Putra Mahkota Mohammed.
Pangeran Ahmed adalah sosok gravitas khusus dalam keluarga karena dia adalah saudara lelaki satu-satunya Raja Salman yang masih hidup. Keduanya adalah putra pendiri modern kerajaan, dan suksesi sebelumnya telah berpindah dari satu saudara ke saudara lelaki lainnya, sampai Raja Salman mengangkat putranya sendiri menjadi putra mahkota pada tahun 2017.
Baca Juga: Arab Saudi stop umrah sementara akibat virus corona, begini nasib jamaah haji 2020
Sementara itu, mengutip Reuters, sejak Mohammed bin Salman berkuasa, Arab Saudi memang dilanda gelombang penahanan sejumlah tokoh. Padahal, reputasi Putra Mahkota sudah tercoreng di mata Barat akibat dua kasus besar. Yakni, pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dan perang Yaman yang menghancurkan.
Belakangan, aksi putra mahkota kembali disorot. Penyebabnya tak lain karena dilakukannya penahanan terhadap sejumlah intelektual, penulis dan aktivis di negara kerajaan tersebut.
Gelombang baru penahanan itu terjadi ketika kerajaan itu menjadi presiden untuk Kelompok Grup 20 di tengah kecaman Barat terhadap catatan hak asasi manusianya.
Baca Juga: Belum pernah terjadi sebelumnya, Arab Saudi kosongkan kota Mekkah untuk sterilisasi
Para aktivis mengecam penahanan yang dinilai sebagai gelombang terbaru dalam pembungkaman perbedaan pendapat yang dimulai pada September 2017 dengan penangkapan ulama-ulama Islam terkemuka, yang beberapa di antaranya kini dapat menghadapi hukuman mati.
Kampanye anti-korupsi yang dilakukan dua bulan kemudian oleh pemerintah Saudi menjaring pengusaha dan pejabat senior. Nasib beberapa di antaranya belum terdengar sejak saat itu.