Sumber: New York Times,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kelompok konservatif mengatakan, saat dia menghentikan kunjungan ziarah ke kota suci Mekkah, namun tempat hiburan modern yang didirikan putra mahkota ke kerajaan, seperti bioskop, tetap dibuka untuk umum.
Baca Juga: Jemaah umrah Indonesia yang tertahan di Yordania dipulangkan
Satu motif yang mungkin menjadi alasan bagi penahanan anggota kerajaan itu adalah terkait dengan penuaan ayah Pangeran Mohammed, Raja Salman, yang kini berusia 84 tahun. Dengan penahanan itu, putra mahkota bisa membungkam calon penantang demi suksesinya sendiri sebelum ayahnya meninggal atau melepaskan tahta.
Namun, tidak ada pangeran yang dia tahan, memberikan indikasi bahwa mereka bermaksud menantang Putra Mahkota Mohammed.
Pangeran Ahmed adalah sosok gravitas khusus dalam keluarga karena dia adalah saudara lelaki satu-satunya Raja Salman yang masih hidup. Keduanya adalah putra pendiri modern kerajaan, dan suksesi sebelumnya telah berpindah dari satu saudara ke saudara lelaki lainnya, sampai Raja Salman mengangkat putranya sendiri menjadi putra mahkota pada tahun 2017.
Baca Juga: Arab Saudi stop umrah sementara akibat virus corona, begini nasib jamaah haji 2020
Sementara itu, mengutip Reuters, sejak Mohammed bin Salman berkuasa, Arab Saudi memang dilanda gelombang penahanan sejumlah tokoh. Padahal, reputasi Putra Mahkota sudah tercoreng di mata Barat akibat dua kasus besar. Yakni, pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dan perang Yaman yang menghancurkan.
Belakangan, aksi putra mahkota kembali disorot. Penyebabnya tak lain karena dilakukannya penahanan terhadap sejumlah intelektual, penulis dan aktivis di negara kerajaan tersebut.
Gelombang baru penahanan itu terjadi ketika kerajaan itu menjadi presiden untuk Kelompok Grup 20 di tengah kecaman Barat terhadap catatan hak asasi manusianya.
Baca Juga: Belum pernah terjadi sebelumnya, Arab Saudi kosongkan kota Mekkah untuk sterilisasi
Para aktivis mengecam penahanan yang dinilai sebagai gelombang terbaru dalam pembungkaman perbedaan pendapat yang dimulai pada September 2017 dengan penangkapan ulama-ulama Islam terkemuka, yang beberapa di antaranya kini dapat menghadapi hukuman mati.
Kampanye anti-korupsi yang dilakukan dua bulan kemudian oleh pemerintah Saudi menjaring pengusaha dan pejabat senior. Nasib beberapa di antaranya belum terdengar sejak saat itu.