Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, kembali mengecam kedekatan negara-negara Barat dengan Israel. Dirinya mengatakan, Barat berperan besar dalam melanggengkan kekejaman Israel di Gaza.
"Amerika Serikat dan negara-negara Barat terlibat dalam pertumpahan darah di Jalur Gaza, sementara PBB, mereka tidak mengambil tindakan," kata Erdogan, pada pertemuan faksi Partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa, di Ankara hari Rabu (29/5), dikutip TASS.
Lebih lanjut, Erdogan mengatakan bahwa tidak akan ada negara yang aman selama Israel terus melanggar hukum internasional.
Erdogan bahkan menyebut Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai vampir.
"Tidak ada negara yang akan aman sampai Israel mematuhi hukum internasional dan menganggap dirinya terikat oleh hukum internasional. Dunia sedang menyaksikan kebiadaban seorang vampir bernama Netanyahu secara langsung di TV," katanya.
Baca Juga: Pasukan Israel Kuasai Perbatasan Antara Jalur Gaza dan Mesir
Mengutuk Negara Barat dan PBB
Erdogan mengatakan, saat ini Israel telah menghancurkan kehidupan umat manusia di Gaza. AS dan para mitranya di Eropa pun turut menjadi sasaran amarah Erdogan.
"Hai Amerika, darah itu juga ada di tanganmu. Kepala negara dan pemerintahan Eropa, Anda telah menjadi mitra dalam vampirisme ini!," kata Erdogan dalam pertemuan yang juga disiarkan oleh saluran televisi TRT Haber.
Erdogan bahkan secara terbuka menyebut PBB tidak berguna, karena gagal menghentikan genosida di Gaza.
"Perserikatan Bangsa-Bangsa, apa gunanya Anda di abad ke-21 jika Anda tidak bisa menghentikan genosida yang disaksikan secara langsung oleh seluruh umat manusia? Jika masa depan dunia bergantung pada lima negara (anggota tetap DK PBB), untuk apa Anda memerlukan gedung-gedung besar ini?," pungkasnya.
Baca Juga: Israel: Serangan ke Gaza Masih akan Berlangsung Hingga Tujuh Bulan ke Depan
Pejabat keamanan Israel pada hari Rabu mengatakan, operasi militer mereka di Gaza mungkin masih akan berlangsung hingga tujuh bulan ke depan.
"Kami memperkirakan akan terjadi pertempuran selama tujuh bulan lagi untuk menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas dan kelompok Jihad Islam Palestina (PIJ) yang lebih kecil," kata Penasihat Keamanan Nasional Israel, Tzachi Hanegbi, dalam wawancara dengan kantor berita Kan.
Mengutip data Kementerian Kesehatan Palestina per tanggal 29 Mei 2024, lebih dari 36.000 warga Palestina telah terbunuh akibat serangan militer Israel sejak Oktober 2023.