kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Fakta Terbaru Varian Omicron Mengacu Data WHO


Kamis, 16 Desember 2021 / 23:15 WIB
Fakta Terbaru Varian Omicron Mengacu Data WHO


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan kasus pertama varian Omicron di Indonesia pada Kamis (16/12). Berikut ini fakta terbaru varian baru virus corona itu, berdasarkan data WHO.

Sebelum terdeteksi di Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengungkapkan, varian Omicroan sudah menyebar ke 77 negara. 

“Dan kenyataannya, Omicron mungkin ada di sebagian besar negara, meskipun belum terdeteksi,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Selasa (14/12), seperti dikutip Al Jazeera.

Berikut ini fakta terbaru varian Omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, mengacu data WHO:

Baca Juga: Menkes Sebut Kasus Omicron Pertama di Indonesia Tak Bergejala dan Telah Negatif

Penularan varian Omicron

WHO mengeluarkan peringatan, varian Omicron menyebar pada tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya. “Omicron menyebar dengan kecepatan yang belum pernah kita lihat dari varian sebelumnya,” ungkap Tedros.

"Berdasarkan bukti terbatas saat ini, Omicron tampaknya memiliki keunggulan pertumbuhan dibanding Delta," ungkap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Pembaruan Epidemiologis Mingguan tentang Covid-19 yang terbit Selasa (14/12). 

"Ini menyebar lebih cepat dari varian Delta di Afrika Selatan, di mana sirkulasi Delta rendah. Tapi, tampaknya menyebar lebih cepat
dari varian Delta di negara-negara di mana insiden Delta tinggi, seperti di Inggris," sebut WHO.

Baca Juga: Peringatan WHO! Omicron menyebar lebih cepat dari varian sebelumnya

Gejala varian Omicron

Hingga Selasa (14/12), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan 43 kasus varian Omicron 

"Gejala yang paling sering dilaporkan adalah batuk, kelelahan, dan hidung tersumbat atau pilek," sebut WHO dalam dalam Pembaruan Epidemiologis Mingguan tentang COVID-19 yang terbit Selasa (14/12) mengutip laporan CDC.

Sedang temuan awal Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia (NIPH), dari 17 kasus varian Omicron dari sebuah pesta Natal, lebih dari 70% melaporkan gejala batuk, lesu, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan lebih dari setengahnya mengalami demam. 

Tapi, "Tidak ada yang dirawat di rumahsakit. Menurut NIPH, sebagian besar kasus berusia antara 30 dan 50 tahun dan divaksinasi dengan dua dosis vaksin mRNA antara Mei dan November 2021," ungkap WHO.

Hanya, Tedros menyayangkan beberapa orang menganggap enteng varian Omicron lantaran hanya menimbulkan gejala ringan.

“Bahkan jika Omicron memang menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah, jumlah kasus yang banyak sekali lagi bisa membanjiri sistem kesehatan yang tidak siap,” ujarnya.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Infrastruktur Kesehatan Menghadapi Varian Omicron

Tingkat keparahan varian Omicron

WHO menyatakan, data tentang keparahan klinis akibat Omicron masih terbatas. Informasi lebih lanjut tentang tingkat keparahan kasus yang terkait varian itu keluar dalam beberapa minggu mendatang.

"Sebab, ada jeda waktu antara peningkatan kasus dan kasus yang parah serta kematian," kata WHO.

Sementara menurut laporan CDC, satu pasien yang sudah divaksinasi sempat dirawat di rumahsakit selama dua hari, dan tidak ada kematian
di antara 43 kasus. 

Baca Juga: Ini Gejala Covid-19 Omicron yang Sudah Masuk ke Indonesia

Kemanjuran vaksin atas varian Omicron

WHO mengungkapkan, bukti awal menunjukkan, mungkin ada pengurangan kemanjuran dan efektivitas vaksin terhadap infeksi dan transmisi terkait varian Omicron, serta peningkatan risiko infeksi ulang. 

Hanya, menurut WHO, lebih banyak data diperlukan untuk mengetahui sejauh mana Omicron bisa menghindari vaksin dan penurunan kekebalan dari infeksi. Dan, sejauh mana vaksin saat ini terus melindungi terhadap penyakit parah dan kematian terkait varian itu.

CDC melaporkan, dari 43 kasus varian Omicron yang mereka selidiki, 34 atau 79% di antaranya telah mendapat vaksin penuh, dengan 14 orang sudah menerima vaksin booster. Lalu, sebanyak enam orang di antaranya sebelumnya sudah terpapar Covid-19. 

"Investigasi kasus telah mengidentifikasi paparan (Covid-19) terkait dengan perjalanan internasional dan domestik, acara publik besar, dan transmisi rumahtangga," ungkap WHO.

Sementara laporan dari Afrika Selatan menunjukkan, tujuh kasus varian Omicron di antara orang yang sudah mendapat tiga dosis vaksin Covid-19. 

Enam kasus telah divaksinasi penuh dengan vaksin buatan Pfizer-BioNTech, dengan lima di antaranya menerima dosis ketiga vaksin yang sama pada Oktober atau awal November lalu. 

Kemudian, satu orang lainnya mendapatkan dosis awal vaksin AstraZeneca, diikuti oleh dua dosis Pfizer-BioNTech untuk melengkapi imunisasi primer dan sebagai dosis ketiga.

"Tak satu pun dari mereka memiliki riwayat infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya. Kasus-kasus tersebut mengalami gangguan pernapasan ringan," kata WHO. 

Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Ungkap Ada 5 Kasus Konfirmasi yang Diduga Varian Omicron

Meski begitu, Tedros mengaskan, WHO mendukung pemberian vaksin booster, asalkan distribusi adil dan merata.

“Biar saya perjelas: WHO tidak menentang booster. Kami menentang ketidakadilan. Perhatian utama kami adalah menyelamatkan nyawa, di mana saja. Ini sangat sederhana: Prioritas di setiap negara, dan secara global, harus melindungi yang paling tidak terlindungi, bukan yang paling terlindungi,” tegasnya.

Tedros menambahkan, kemunculan Omicron telah mendorong beberapa negara untuk memulai program vaksin booster untuk seluruh populasi orang dewasa, meskipun kurang bukti efektivitas suntikan dosis ketiga terhadap varian itu.

"Jelas bahwa saat kita bergerak maju, booster dapat memainkan peran penting, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi mengalami kematian akibat penyakit parah," imbuhnya.

Dan, WHO menambahkan, "risiko keseluruhan yang terkait dengan varian baru yang menjadi perhatian, Omicron tetap sangat tinggi".



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×