kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Filipina menambah daftar negara yang melarang penggunaan vape


Rabu, 20 November 2019 / 11:57 WIB
Filipina menambah daftar negara yang melarang penggunaan vape
ILUSTRASI. Ilustrasi rokok elektrik


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - MANILA. Mengikuti jejak sejumlah negara lain, Filipina bakal segera melarang penggunaan rokok elektrik alias vape di negaranya. 

Wacana larangan tersebut dinyatakan langsung oleh Presiden Filipina Rodgrigo Duterte, Selasa (19/11) waktu setempat, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (20/11). 

Pelarangan vape di Filipina menyusul hasil laporan Departemen Kesehatan yang mengonfirmasi adanya kasus pertama penyakit paru-paru terkait penggunaan vape di negara tersebut. 

Baca Juga: Pelaku industri vape minta kepastian regulasi soal rokok elektrik

“Saya akan melarang itu, penggunaan maupun impornya. Anda tahu kenapa? Karena itu racun dan pemerintah berkuasa untuk melindungi kesehatan dan kepentingan publik,” tegas Duterte yang sebelumnya juga telah melarang pengisapan rokok di ruang publik. 

Kini, Duterte juga meminta penegak hukum untuk menahan siapapun warga yang ketahuan menggunakan vape atau vaping  di ruang publik. 

“Mereka katakan vaping ini elektronik. Jangan beri saya omong kosong seperti itu. Lebih baik hentikan. Saya akan perintahkan penahanan kalau anda melakukannya (vaping) di dalam ruangan… Itu sama saja dengan merokok. Anda mengkontaminasi orang lain,” lanjutnya saat memberi keterangan. 

Duterte yang berusia 74 tahun sebelumnya merupakan seorang perokok berat. Namun ia berhenti setelah didiagnosa mengidap penyakit Buerger, penyumbatan pada pembuluh darah akibat darah menggumpal yang umumnya menjangkit perokok. 

Sebelumnya India, negara dengan populasi perokok terbesar kedua di dunia telah lebih dulu melarang penjualan vape sejak September lalu. Vape dianggap membahayakan bagi masyarakat usia muda di negara tersebut. 




TERBARU

[X]
×