kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Fitch memangkas peringkat utang Rusia


Senin, 12 Januari 2015 / 11:27 WIB
Fitch memangkas peringkat utang Rusia
ILUSTRASI. TAJUK - Sandy Baskoro


Sumber: Bloomberg | Editor: Hendra Gunawan

LONDON. Fitch Ratings memangkas peringkat utang Rusia menjadi BBB-. Kini, peringkat utang Rusia setara dengan India dan Turki.

Keputusan perusahaan pemeringkatan dunia ini dipicu oleh penurunan harga minyak dan konflik Ukraina. Hal itu memicu terjadinya krisis mata uang rubel yang terburuk sejak Rusia mengalami default di tahun 1998.

Eksportir energi terbesar di dunia ini berada di ambang resesi setelah harga minyak tergelincir lebih dari 50% sejak Juni 2014. Ditambah lagi, ada sanksi Amerika Serikat (AS) dan Eropa karena invasi Presiden Vladimir Putin terhadap konflik Krimea di Ukraina.

Larangan bagi perusahaan Rusia mencari modal di pasar internasional menyebabkan negara tersebut kesulitan mencari utang. Dus, para investor ogah mengoleksi rubel, saham dan obligasi Rusia.

"Prospek ekonomi telah memburuk secara signifikan sejak pertengahan 2014 menyusul penurunan tajam harga minyak dan rubel serta kenaikan tajam suku bunga," ujar pernyataan Fitch, seperti dikutip dari Bloomberg.

Pemerintah Rusia merespons krisis rubel dengan mengerek suku bunga hingga ke level tertinggi sejak 1998. Sejak Maret 2014, bank sentral Rusia menaikkan suku bunga sebanyak enam kali.

Selain itu, regulator memaksa eksportir mengonversi pendapatan asing dalam rubel. Bank sentral berencana mengguyur pasar senilai RUB 1 triliun atau US$ 17 miliar demi menopang rubel. Tahun lalu, Rusia menghabiskan dana RUB 88 miliar untuk mengerek nilai tukar rubel terhadap dollar AS.

"Keputusan ini menunjukkan Rusia kini terjebak dalam lingkaran setan harga minyak turun, dampak dari sanksi dan ketidakpastian kebijakan," ujar Nicholas Sprio, Managing Director Spiro Sovereign Strategy.

Jumlah arus modal yang keluar sepanjang 2014 diperkirakan mencapai US$ 134 miliar atau dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Pada 2015, jika harga minyak terus bertahan US$ 60 per barel, bank sentral memperkirakan ekonomi Rusia akan berkontraksi hingga 4,7%. Ini adalah kontraksi ekonomi paling tajam sejak enam tahun lalu.

Namun, Vladas Zaborovskis yang mengelola aset termasuk utang Rusia di SEB Eastern European Bond Fund, bilang, penurunan rating tidak akan berimplikasi serius. Sebab, sebelumnya pasar sudah memperkirakan peringkat investasi Rusia akan turun. "Perubahan harga minyak, perkembangan geopolitik dan respons otoritas di pasar mata uang akan mendorong ekonomi Rusia," ujarnya.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×