Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Sanny Cicilia
MOSKWA. Nilai tukar mata uang rubel terus tenggelam memaksa Pemerintah Rusia mengambil langkah-langkah darurat demi mencegah penurunan lebih tajam. Kementerian Keuangan Rusia akan mengguyur dana hingga US$ 7 miliar demi menopang Rubel dan menghindarkan Rusia dari krisis keuangan.
Sebanyak 18 ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi, Bank Sentral Rusia harus merogoh kocek sebanyak US$ 70 miliar sebagai campur tangan untuk menahan rubel agar tidak terjun bebas.
Sebelumnya, Bank Sentral Rusia telah menaikkan suku bunga menjadi 17% demi membendung anjloknya rubel. Selain suku bunga, Bank Sentral Rusia juga telah menghabiskan US$ 10 miliar di bulan ini supaya mata uang Negeri Beruang Merah itu bergerak ke bawah 80 rubel per dollar AS.
Untuk meredam kepanikan pasar, Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev memerintahkan Deputi Perdana Menteri, Igor Shuvalov untuk bekerjasama dengan bank sentral dan Dinas Pengawas Keuangan Federal melakukan pengawasan harian penjualan mata uang oleh eksportir.
"Aksi bersama oleh pemerintah dan Presiden Putin untuk mendukung upaya stabilisasi dari bank sentral kemungkinan lebih intensif menekan eksportir menjual mata uang asing," ujar Tatiana Orlova, Kepala Ekonom Rusia di Royal Bank of Scotland Group Plc, London seperti dikutip Bloomberg.
Rubel berada di bawah tekanan sejak sanksi negara barat terhadap Rusia pada Maret lalu. Ditambah lagi dengan harga minyak dunia yang anjlok ke level terendah dalam lima tahun memicu penurunan mata uang rubel. Maklum, setengah pendapatan Rusia berasal dari pajak minyak dan gas.
Kehilangan uang
Aksi menaikkan suku bunga membawa pil pahit bagi orang kaya Rusia. Pasalnya, terdapat 20 orang terkaya Rusia kehilangan duit US$ 10 miliar pada minggu ini. Menurut indeks milinuer Bloomberg, orang-orang kaya Rusia kehilangan US$ 62 miliar di 2014 karena Uni Eropa dan AS membatasi akses pembiayaan perusahaan Rusia.
"Mereka yang berpikir optimistis di bulan Maret lalu menganggap semuanya akan baik-baik saja, pada akhirnya semua mengerti bahwa ada yang tidak beres," ujar Stanislav Belkovsky, konsultan di Moscow Institute.
Diantara orang kaya Rusia, harta Leonid Mikhelson merosot paling banyak. Jumlah kekayaan Leonid turun hingga US$ 8,7 miliar. Sementara, Gennady Timchenko yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Vladimir Putin harus kehilangan kekayaan US$ 7,8 miliar di tahun ini.
Saat ini, nilai kekayaan Timchenko melorot menjadi US$ 3,2 miliar. Lalu, nilai kekayaan Vladimir Lisin, pemegang bisnis baja terbesar di Rusia merosot 4,2% atau setara US$ 7,5 miliar.