Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Nina Dwiantika
KONTAN.CO.ID - MICHIGAN. Ford Motor mengumumkan pencatatan biaya kerugian sebesar US$ 19,5 miliar terkait investasi kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Langkah ini menegaskan perubahan arah strategi produsen otomotif asal Amerika Serikat tersebut di tengah melambatnya minat konsumen terhadap mobil listrik.
Reuters (16/12) melaporkan, beban kerugian tersebut sebagian besar berasal dari pembatalan sejumlah proyek EV yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun. Ford kini mengalihkan fokus bisnisnya ke penguatan produksi kendaraan bermesin bensin konvensional dan mobil hibrida, seiring upaya menyesuaikan strategi dengan preferensi pasar otomotif AS.
Sekitar US$ 8,5 miliar dari total beban tersebut terkait dengan penghentian pengembangan beberapa model EV masa depan, termasuk rencana produksi truk pikap listrik berukuran besar di Tennessee.
Selain itu, Ford juga membukukan kerugian sekitar US$ 6 miliar dari usaha patungan produksi baterai dengan perusahaan Korea Selatan, SK On, yang kerja samanya telah resmi dihentikan. Sisa beban senilai US$ 5 miliar dicatat sebagai biaya tambahan terkait program, dengan dampak arus kas diperkirakan sekitar US$ 5,5 miliar yang akan terjadi mulai 2026 hingga 2027.
Seiring perubahan strategi tersebut, Ford secara efektif menghentikan pengembangan seluruh kendaraan listrik generasi barunya, termasuk truk pikap besar dan beberapa van komersial. Pabrik di Tennessee yang sebelumnya dirancang untuk memproduksi hingga 500.000 unit truk listrik per tahun kini akan dialihkan untuk memproduksi truk berbahan bakar bensin.
Ke depan, strategi EV Ford akan difokuskan pada pengembangan model yang lebih terjangkau melalui tim khusus di California. Perusahaan menargetkan peluncuran truk pikap ukuran menengah dengan harga sekitar US$ 30.000 pada 2027. Langkah ini diharapkan dapat memperluas basis konsumen EV di segmen harga menengah.
Baca Juga: FDA Peringatkan Walmart, Target, Kroger, dan Albertsons
Ford mengakui bisnis kendaraan listriknya masih mencatat kerugian signifikan. Pada 2024, kerugian dari segmen EV mencapai sekitar US$ 5 miliar dan diperkirakan masih berlanjut pada tahun ini. Tingginya biaya baterai yang belum turun sesuai ekspektasi menjadi salah satu faktor utama. Dengan mencatatkan beban besar saat ini, Ford berharap dapat membatasi kerugian di masa depan dan memperbaiki kinerja keuangan dalam beberapa kuartal mendatang. Manajemen menargetkan bisnis EV dapat mencapai titik impas dan mulai mencetak laba pada 2029.
Di sisi lain, Ford melihat kendaraan hibrida sebagai pendorong pertumbuhan utama dalam beberapa tahun ke depan. Perusahaan menargetkan porsi penjualan global kendaraan hibrida, EV jarak jauh, dan EV murni mencapai 50% dari total penjualan pada 2030, naik dari sekitar 17% saat ini. Salah satu pengembangan yang tengah disiapkan adalah transformasi Ford F-150 Lightning menjadi truk listrik dengan jangkauan lebih panjang melalui tambahan generator berbahan bakar bensin, yang memungkinkan jarak tempuh hingga 700 mil tanpa perlu pengisian ulang daya.
Selain otomotif, Ford juga membuka peluang bisnis baru di sektor penyimpanan energi. Perusahaan akan memanfaatkan fasilitas produksi di Kentucky dan Michigan untuk memproduksi baterai penyimpanan energi yang dibutuhkan pusat data, terutama yang terkait dengan perkembangan kecerdasan buatan. Ford berencana menginvestasikan sekitar US$ 2 miliar dalam dua tahun ke depan untuk mengembangkan lini bisnis tersebut.
Baca Juga: Warner Bros Dikabarkan Tolak Tawaran Akuisisi dari Paramount Senilai US$ 108,4 Miliar













