kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.250.000   11.000   0,49%
  • USD/IDR 16.640   37,00   0,22%
  • IDX 8.140   21,59   0,27%
  • KOMPAS100 1.116   -2,74   -0,25%
  • LQ45 782   -2,78   -0,35%
  • ISSI 287   0,98   0,34%
  • IDX30 411   -1,53   -0,37%
  • IDXHIDIV20 463   -3,28   -0,70%
  • IDX80 123   0,03   0,02%
  • IDXV30 133   -0,26   -0,19%
  • IDXQ30 129   -0,89   -0,69%

Frank Fertitta III, dari perjudian ke bisnis beladiri (4)


Jumat, 05 November 2010 / 06:17 WIB
ILUSTRASI. Kawasan Industri Kendal - Jababeka


Reporter: Raymond Reynaldi | Editor: Test Test

Tak puas dengan bisnis kasino dan restoran, Frank Fertitta III terus mengembangkan sektor bisnis lain. Dia kemudian mengalihkan fokus bisnisnya dengan membeli hak pagelaran ajang tarung ekstrem yang dikenal dengan sebutan Ultimate Fighting Championship (UFC). Dari bisnis pertunjukan inilah Frank mengeruk keuntungan berlipat, sehingga dirinya mampu menyelamatkan kerajaan usahanya dari jeratan utang.

Frank Fertitta III terus mengembangkan bisnisnya. Selain kasino dan restoran, dia mulai merambah sektor hiburan. Melalui Zuffa LLC, promotor olahraga ilmu beladiri campuran Ultimate Fighting Championship (UFC), Frank membangun kerajaan bisnis baru.

UFC merupakan kompetisi beladiri yang dirintis Art Davie dan Rorion Gracie, ahli seni beladiri jujitsu asal Brasil. Mereka terinspirasi oleh pertarungan gaya bebas pada olimpiade kuno.

Pada 1993, Davie melalui WOW Entertainment menggelar pertarungan perdana UFC di Denver, Colorado. Aksi pertarungan berbagai ilmu beladiri itu ternyata mampu memikat perhatian pemirsa di Amerika.

Namun, Komisi Atlet New Jersey mengkritik penyelenggaraan UFC. Kompetisi itu dianggap kurang melindungi para petarung. Mereka kemudian meminta pihak penyelenggara menyempurnakan aturannya agar lebih adil.

Saat itulah tiga bersaudara pemilik Zuffa, yaitu Frank, Lorenzo, serta Dana White, mengakuisisi kompetisi UFC dari tangan WOW Entertainment. Dengan dana pembelian US$ 2 juta mereka jadi penyelenggara UFC.

Mereka mencoba menghidupkan UFC melalui strategi promosi yang matang serta peningkatan kerja sama tayangan. Langkah pertama yang ditempuh adalah memindahkan lokasi penyelenggaraan dari New Jersey ke Nevada, Las Vegas. Mereka juga meyakinkan Komisi Atlet Nevada untuk merestui penyelenggaraan UFC. Status Lorenzo sebagai mantan anggota komisi membuat Zuffa mudah mendapatkan izin.

Dengan menyelenggarakan pertarungan di arena yang megah, seperti Taj Mahal, properti milik Donald Trump dan MGM Grand Garden Arena, UFC menyedot banyak perhatian selebritis dan stasiun televisi olahraga dunia. Mereka pun berhasil menggandeng saluran Fox Sport Net (FSN) pada tahun 2002.

Zuffa berhasil meraup untung besar dari program UFC 40. Seluruh tiket pertarungan di MGM Grand laris manis. Selain itu ada sekitar 150.000 kontrak tayangan eksklusif yang dibeli oleh penonton televisi. Namun, masa gemilang UFC di bawah kendali Zuffa tak bertahan lama. Pada tahun 2004, Zuffa mengalami kerugian sebesar US$ 34 juta.

Frank dan Lorenzo kemudian memutar otak. Mereka akhirnya menjalin kerja sama dengan Spike TV untuk menayangkan program reality show bertajuk The Ultimate Fighter. Strategi ini berhasil memulihkan kembali popularitas UFC dengan menyedot sekitar 300.000 kontrak tayang eksklusif.

Pada Desember 2006, Zuffa mengakuisisi World Fighting Alliance dan membentuk WFA Enterprises LLC. WFA mengurus seleksi dan kontrak para petarung.
Setahun berselang, Zuffa mengakuisisi World Extreme Cagefighting (WEC). Langkah ini untuk membendung ekspansi pesaing utama mereka, yakni International Fight League (IFL) yang menjalin kontrak eksklusif dengan saluran televisi Versus.

Pada tahun 2007, jumlah penonton televisi yang membeli kontrak eksklusif penayangan UFC mencapai 5,1 juta penonton. Ini melesat tajam dari 145.000 kontrak pada tahun 2001. Pada 2008, UFC diperkirakan meraih nilai penjualan US$ 250 juta. Zuffa juga berhasil menarik investor Abu Dhabi, Flash Entertainment.

UFC menjadi mesin uang bagi keluarga Fertitta dan sumber dana untuk menutup kerugian Station Casinos, yang pada 2009 terbelit utang sebesar US$ 6 miliar.

(Selesai)




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×