Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pendapatan maskapai penerbangan global diprediksi bakal terhantam tahun ini. Seorang pejabat eksekutif Boeing Co bilang hal ini utamanya disebabkan oleh lesunya penerbangan dari dan ke Cina akibat penyebaran virus corona.
Produsen armada pesawat terbesar di dunia ini sebelumnya memprediksi pertumbuhan bisnis penerbangan bisa mencapai 1%-2% lantaran Amerika Serikat dan Cina telah menyepakati sebagian konsensus perang dagang.
Baca Juga: Taiwan menegaskan tidak memerlukan izin China untuk mengikuti pertemuan WHO
“Perang dagang juga merupakan satu tekanan terhadap bisnis” kata VP Marketing Boeing RAndy Tinseth dikutip dari Reuters, Selasa (12/2).
Randy menambahkan Cina merupakan salah satu pasar kunci industri penerbangan global. Meskipun baru sebagian, meredanya perang dagang dengan Amerika Serikat tentu saja bakal kembali mendongkrak permintaan armada.
Sayangnya, prediksi bakal jadi lebih pesimistis akibat penyebaran virus corona sejak awal Januari lalu. Virus corona diprediksi bakal menghantam bisnis penerbangan sejak krisis keuangan 2008 lalu. Boeing juga menilai bahwa virus corona jelas bakal memukul pendapatan dan laba perusahaan.
“Bisnis penerbangan komersial, maupun kargo akan berada di bawah tekanan. Sulit melihat bisnis kargo bisa tumbuh tahun ini,” sambung Rendy.
Baca Juga: Efek virus corona, balapan F1 di China kemungkinan ditunda
Pembatasan perjalanan dari dan menuju Cina bikin frekuensi penerbangan maskapai-maskapai di Cina merosot lebih dari dua pertiga. Ini tentu saja juga bakal memukul pendapatan dan laba para maskapai.
“Cina diketahui telah mengurangi kapasitas penerbangannya hingga 70%, sebanyak itu uang dan pendapatan yang bakal hilang dari para maskapai di Cina,” kata SVP Commercial Sales & Marketing Boeing Ihsanne Mounir.
Mounir memang belum mau bilang bagaimana virus corona berdampak terhadap permintaan pesawat Boeing. Meski demikian, ia bilang telah terjadi penundaan pengiriman seri 777, dan 787 yang telah dipesan maskapai-maskapai Cina.
Sebagai catatan, sepanjang Januari Boeing belum membukukan penjualan apapun. ini pertama kalinya selama beberapa dekade terakhir. Sementara saingannya yaitu Airbus justru mencatat penjualan paling kuat selama 15 tahun terakhir.
Baca Juga: Setelah China, kini giliran pesawat pembom AS yang terbangi langit Taiwan
Tentu saja, Januari belum bisa jadi acuan untuk mengukur kinerja perusahaan. Mounir sendiri bilang kini Boeing tengah mendorong penjualan pesawat berbadan lebar kepada pembeli potensial lainnya.
“Januari memang sangat buruk, namun ini tak berarti bulan-bulan setelahnya perlambatan akan berlanjut,” kata Mounir.
Sejumlah sumber bilang, para maskapai sejatinya enggan membeli armada produksi Boeing, khususnya untuk seri 737 MAX yang mengalami dua kecelakaan dalam waktu dekat akhir tahun lalu.
Baca Juga: Kasus baru virus corona turun, terendah sejak Januari