Sumber: AP News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BUENOS AIRES. Praktik jual beli dengan metode barter semakin marak terjadi di Argentina saat negara tersebut merasakan inflasi tertinggi dalam dua dekade pada bulan Juli.
Dilansir dari AP News, Argentina melaporkan tingkat inflasi bulanan sebesar 7,4% pada bulan Juli. Badan statistik nasional Argentina, INDEC, pada hari Kamis (11/8) mengatakan bahwa harga konsumen Argentina telah melonjak 71% selama satu tahun terakhir.
Angka-angka baru itu berhasil menempatkan Argentina di antara negara-negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia saat ini.
Salah satu dampak dari tingginya inflasi adalah meluasnya praktek barter di kota Villa Fiorito, sekitar 15 km dari ibu kota Buenos Aires. Di sana, para wanita pengangguran berkumpul dengan harapan dapat menukar barang dengan makanan di sebuah alun-alun.
Baca Juga: Respons Latihan Militer China di Taiwan, AS Pertimbangkan Penerapan Tarif ke China
Barang-barang yang dijajakan umumnya adalah pakaian, mainan, dan peralatan dapur bekas. Penjualnya berharap ada pembeli yang datang dan menukarnya dengan bahan makanan.
Model barter seperti ini sebenarnya mulai menyebar di Argentina sejak ekonomi mereka runtuh akibat krisis tahun 2001. Tapi, praktik ini semakin marak di tengah laju inflasi yang terus ada di level dua digit dalam beberapa tahun terakhir.
Analis memproyeksikan bahwa inflasi di Argentina tahun ini kemungkinan akan lebih tinggi dari 90%. Banyak pula yang berspekulasi bahwa tingkat inflasi di level tiga digit mungkin akan terjadi jika pemerintah Presiden Alberto Fernández gagal melahirkan kebijakan yang tepat.
Baca Juga: Ancaman Krisis Global Bakal Berdampak pada Kinerja Ekspor dan Impor Indonesia
Inflasi juga telah berhasil memperburuk tingkat kemiskinan di Argentina, yang kini telah mempengaruhi sekitar 40% dari sekitar 47 juta populasi negara tersebut.
Percepatan tingkat inflasi Argentina terjadi tak lama setelah pemerintah terus mengganti menteri ekonominya. Tercatat ada tiga nama yang menjabat di posisi itu dalam kurun waktu satu bulan.
Ketidakpastian kebijakan praktis menyebabkan mata uang lokal terdepresiasi tajam di pasar keuangan. Tingkat inflasi di bulan Agustus diprediksi akan setara dengan bulan Juli, salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga transportasi umum dan energi.