kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gautam Adani Pernah Jadi Terkaya Kedua di Dunia Hingga Dituding Manipulasi Saham


Senin, 06 Februari 2023 / 08:45 WIB
Gautam Adani Pernah Jadi Terkaya Kedua di Dunia Hingga Dituding Manipulasi Saham


Sumber: The Street,CNN,Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Nama taipan asal India, Gautam Adani, melesat bagaikan meteor mulai bulan September tahun 2022 lalu. Nilai kekayaan pria kelahiran Ahmedabad, Gujarat, India pada 24 Juni 1962 melonjak fantastis telah membuat namanya menghiasi media-media arus utama di dunia. 

Bahkan Adani sempat dinobatkan menjadi orang terkaya kedua di dunia di bawah Elon Musk, Founder dan CEO Tesla. Menurut Bloomberg Billionaires Index, kekayaan Adani pada bulan September 2022 sempat mencapai US$ 146,8 miliar atau sekitar Rp 2.184 triliun (kurs Rp 14.879). 

Bisnis Grup Adani meliputi pembangkit listrik terbarukan, penambangan dan perdagangan batubara, transmisi daya, distribusi gas dan pembangkit listrik berbahan bakar batubara. 

Berikut adalah nama-nama perusahaannya: Adani Green Energy Ltd, Adani Enterprises Ltd, Adani Transmission LTd, Adani Total Gas LTd dan Adano Power Ltd. 

Baca Juga: Krisis yang Menghantam Adani Group Dikhawatirkan Menular ke Pasar Keuangan India

Namun kekayaan itu menguap hanya dalam hitungan hari. Sejak perusahaan riset keuangan dan investasi di New York, Amerika Serikat, Hindenburg Research, mengeluarkan tuduhan bahwa Adani Group melakukan manipulasi saham secara kurang ajar.

Hindenburg menuding Adani Group menjalankan skema penyelewenangan pembukuan keuangan selama bertahun-tahun. Akibat tuduhan ini kekayaan Adani langsung rontok.

Berdasarkan Bloomberg Billionaires Index, kekayaan bersih Adani pada 4 Februari 2023 sebesar US$ 59,0 miliar atau sekitar Rp 877,8 triliun. Dalam 10 hari terakhir, sejak Hindenburg mengeluarkan laporannya, kekayaan bersih Adani merosot hingga US$ 60 miliar atau sekitar Rp 892,7 triliun.

Tuduhan ini juga telah menggerus kapitalisasi pasar konglomerat Adani lebih dari US$ 110 miliar atau sekitar Rp 1.636 triliun, dalam waktu kurang dari 10 sesi perdagangan. 

Adani Enterprises, perusahaan unggulan dari konglomerat ini, telah kehilangan lebih dari 60% nilai pasarnya, atau sekitar US$ 30 miliar atau sekitar Rp 446,4 triliun, sejak 24 Januari. Menurut data FactSet, Adani mengempit 64% saham Adani Enterprises.

Baca Juga: Batalkan Penjualan Saham Senilai Rp 37 Triliun, Kemunduran Besar Bagi Adani

Namun tidak hanya keluarga Adani yang terkena dampak kemunduran konglomeratnya. Investor internasional terkena dampak ini seperti dua investor institusi abu-abu di Wall Street. Mereka adalah Grup Pelopor dan BlackRock.

Kedua perusahaan termasuk di antara 20 pemegang saham teratas perusahaan Adani. Vanguard memiliki 0,75% saham Adani Enterprises, menurut data FactSet yang diperbarui per 3 Februari.

BlackRock adalah pemegang saham perusahaan melalui dua afiliasi: BlackRock Fund Advisors yang memegang 0,57% dan BlackRock Advisors Ltd adalah pemegang saham dengan 0,17% saham.

Baik Vanguard maupun BlackRock belum mengkomunikasikan kemungkinan kerugian terkait dengan runtuhnya pasar saham Adani Enterprises.

Tuduhan Hindenburg Research

Tuduhan Hindenburg Research pada konglomerasi Adani diterbitkan 24 Januari 2023 kemarin, atau sehari sebelum Adani menjual saham-sahamnya yang diharapkan bisa menyuntikkan dana US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 37,1 triliun ke imperium bisnisnya. 

Dalam laporannya berjudul: "Adani Group: How The World’s 3rd Richest Man Is Pulling The Largest Con In Corporate History," Hindenburg menuding bahwa konglomerat Adani menggunakan perusahaan cangkang di suaka pajak untuk meningkatkan pendapatannya dan memanipulasi harga saham berbagai entitasnya. 

Baca Juga: Gautam Adani Resmi Kehilangan Gelar Orang Terkaya di Asia

Dalam laporan tersebut, Adani Group disebut memiliki perusahaan cangkang yang berbasis di Karibia, Mauritius, dan Uni Emirat Arab yang dikendalikan keluarga Adani.

"Kami telah menemukan bukti penipuan akuntansi, manipulasi saham, dan pencucian uang di Adani, yang terjadi selama beberapa dekade," tulis Hindenburg seperti dilansir The Street, Minggu (5/2).




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×