Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Gautam Adani resmi kehilangan gelarnya sebagai orang terkaya di Asia pada hari Rabu (1/2) setelah saham bisnisnya anjlok menjadi US$74 miliar.
Kerugian saham itu membuat Adani merosot ke urutan 10 dalam daftar orang kaya Forbes dengan perkiraan kekayaan sebesar US$84,1 miliar. Sebelum laporan kejahatannya dirilis, Adani ada di posisi ketiga.
Nama Adani ada tepat di bawah konglomerat India lainnya, Mukesh Ambani, yang kekayaannya ditaksir mencapai US$84,4 miliar.
Mengutip Reuters, saham Adani Enterprises anjlok 5% pada hari Rabu. Tambahan ini membuat kerugiannya menjadi lebih dari US$8 miliar sejak akhir Januari.
Di saat yang sama, saham Adani Power turun 5% dan saham Adani Total Gas merosot 10% dari batas harga hariannya.
Baca Juga: Kapitalisasi Pasar Adani Group Anjlok US$ 45 Miliar, Ini Penyebabnya
Sejak awal tahun ini Adani menghadapi tuduhan pencucian uang, penipuan, hingga manipulasi harga. Serangkaian dugaan kejahatan itu praktis membuat semua bisnisnya mulai ditinggalkan investor.
Data menunjukkan bahwa investor asing menjual bersih ekuitas milik bisnis Adani senilai US$1,5 miliar sejak laporan tuduhan dirilis. Itu merupakan arus keluar terbesar selama empat hari berturut-turut sejak 30 September.
Dugaan itu pertama kali disampaikan oleh perusahaan investasi yang berbasis di New York, Hindenburg Research, pada 24 Januari lalu. Disebutkan bahwa praktik jahat itu telah dilakukan selama beberapa dekade.
Baca Juga: Miliarder Terkaya di Asia Minta Bantuan India untuk Selamatkan Kerajaannya
"Kami telah menemukan bukti penipuan akuntansi, manipulasi saham, dan pencucian uang pada bisnis Adani. Itu telah terjadi selama beberapa dekade. Adani melakukannya dengan bantuan para pendukung di pemerintahan dan industri rumahan dari perusahaan internasional yang mendukung kegiatan itu," tulis Hindenburg dalam laporannya.
Hindenburg Research mengklaim bahwa perusahaan Adani telah menggunakan perusahaan cangkang di suaka pajak untuk meningkatkan pendapatannya dan memanipulasi harga pasar saham dari berbagai entitasnya.
Laporan itu juga menjelaskan keterkaitan besar perusahaan cangkang yang berbasis di sejumlah wilayah suaka pajak, seperti Karibia, Mauritius, dan Uni Emirat Arab, yang dikendalikan oleh keluarga Adani.