Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) khawatir, perundingan senjata antara Rusia dan Korea Utara mengalami kemajuan yang aktif. Hal tersebut diungkapkan oleh Gedung Putih pada Rabu (30/8/2023).
Melansir Reuters, Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pada konferensi pers bahwa Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu telah mencoba mengunjungi Korea Utara untuk meyakinkan Pyongyang agar mau menjual amunisi artileri ke Rusia.
Selain itu, Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un juga saling bertukar surat dan berjanji untuk meningkatkan kerja sama mereka. Gedung Putih mengatakan, Amerika Serikat memiliki data intelijen yang mengindikasikan sekelompok pejabat Rusia lainnya telah melakukan perjalanan ke Pyongyang setelah kunjungan menteri pertahanan.
Misi Korea Utara dan Rusia untuk PBB di New York tidak segera menanggapi permintaan komentar yang diajukan Reuters.
Washington telah memperingatkan sebelumnya bahwa Korea Utara dapat memberikan lebih banyak senjata kepada Rusia, yang pasukannya menginvasi Ukraina pada Februari 2022, sebuah perang yang ditentang keras oleh Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa. Meski demikian, Moskow menyebutnya sebagai “operasi militer khusus”.
Pada awal bulan ini, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap tiga entitas yang dituduh terkait dengan kesepakatan senjata antara Korea Utara dan Rusia.
Baca Juga: Rusia Ungkap Fakta Terbaru Pesawat Prigozhin Mungkin Sengaja Dijatuhkan
Kirby mengatakan, Korea Utara mengirimkan roket dan rudal infanteri ke Rusia pada tahun lalu dan Moskow telah berupaya memperoleh amunisi tambahan sejak saat itu.
“Kami tetap khawatir bahwa… DPRK terus mempertimbangkan untuk memberikan dukungan militer kepada pasukan militer Rusia di Ukraina,” kata Kirby, yang mengacu pada Korea Utara.
Dia mengutip informasi baru bahwa pembicaraan semacam itu semakin mengalami kemajuan.
“Diskusi tingkat tinggi mungkin berlanjut dalam beberapa bulan mendatang,” katanya.
Baca Juga: Rusia Tidak Akan Investigasi Jatuhnya Pesawat yang Menewaskan Yevgeny Prigozhin
Berdasarkan potensi kesepakatan tersebut, Rusia akan menerima amunisi yang rencananya akan digunakan militer untuk melawan Ukraina, kata Kirby. Kesepakatan itu juga dapat mencakup bahan mentah yang akan membantu basis industri pertahanan Rusia.
“Kami mendesak DPRK untuk menghentikan perundingan senjata dengan Rusia dan mematuhi komitmen publik yang telah dibuat Pyongyang untuk tidak menyediakan atau menjual senjata ke Rusia,” kata Kirby.
Di PBB, duta besar AS Linda Thomas-Greenfield menyampaikan pernyataan atas nama Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Inggris bahwa kesepakatan senjata apa pun antara Rusia dan Korea Utara akan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.