Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Pemimpin Partai Bergerak Maju (Move Forward Party/MFP), yang memenangi pemilihan Thailand, menghadapi hambatan baru dalam pencalonannya sebagai perdana menteri pada hari Rabu.
Pengadilan memutuskan untuk menskorsnya sebagai anggota parlemen, dan saingannya berhasil membatalkan pencalonannya di parlemen.
Pita Limjaroenrat, seorang liberal yang berpendidikan di Amerika Serikat (AS), menghadapi tantangan yang berat dalam perjalanan menuju jabatan tertinggi. Dia harus melawan perlawanan sengit dari kelompok militer royalis yang menentang ambisi anti-kemapanan partainya.
Setelah lebih dari tujuh jam perdebatan tentang tantangan terhadap pencalonan Pita sebelum pemungutan suara di parlemen yang dijadwalkan pada hari Rabu, anggota parlemen membatalkan pencalonannya.
Baca Juga: Sejumlah Negara Akan Gelar Pemilu, Hadirkan Dinamika Politik yang Menarik
Para penentang berpendapat bahwa dia tidak layak mendapatkan dukungan sebagai perdana menteri karena sebelumnya sudah ditolak ketika dia kalah dalam pemungutan suara minggu lalu.
Saat perdebatan berlangsung, Mahkamah Konstitusi mengumumkan bahwa Pita telah diskors sebagai anggota parlemen karena dituduh melanggar peraturan pemilu dengan memiliki saham di sebuah perusahaan media. Pengadilan akan menangani kasusnya dalam enam hari.
Meskipun penangguhan tersebut tidak menghalangi Pita untuk mencalonkan diri sebagai perdana menteri, belum jelas apakah aliansi delapan partainya akan mencoba mencalonkannya kembali dengan mengajukan mosi yang berbeda.
Pada hari Selasa, Pita berbicara kepada Reuters dalam sebuah wawancara dan mengatakan bahwa dia sudah mengantisipasi hambatan tersebut yang sebelumnya telah direncanakan. Dia menggambarkan upaya untuk menghentikannya sebagai "broken record".
Baca Juga: Pebisnis Makanan & Minuman Masih Waspadai Ancaman Kenaikan Harga Gula Rafinasi
Thailand telah diperintah oleh pemerintahan sementara sejak Maret, dan sudah 65 hari sejak kemenangan mengejutkan Partai Bergerak Maju atas partai-partai yang didukung oleh militer dalam pemilihan bulan Mei.
Kemenangan ini secara luas dianggap sebagai penolakan publik yang jelas terhadap sembilan tahun pemerintahan yang dikendalikan oleh para jenderal.
"Pada tanggal 14 Mei, Thailand berubah. Kami telah melewati setengah jalan menuju kemenangan rakyat, dan masih ada setengah lagi yang harus kita lalui," kata Pita sambil tersenyum kepada para anggota parlemen. Dia menerima tepuk tangan dan sorak-sorai.