kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

Gelombang default perusahaan migas


Senin, 23 November 2015 / 10:59 WIB
Gelombang default perusahaan migas


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Hendra Gunawan

Mimpi buruk perusahaan-perusahaan minyak dan gas (migas) belum usai. Setelah harga minyak mentah terjun sangat dalam, mereka masih harus berjuang untuk lepas dari jeratan utang. Kantong banyak perusahaan migas mengering sehingga memengaruhi kemampuan mereka melunasi pinjaman.

Moody's, perusahaan pemeringkat dunia, memperkirakan potensi perusahaan migas mengalami gagal bayar alias default cukup tinggi. "Sektor energi tetap paling bermasalah, dari perhitungan akutansi sudah ada 79 default tahun ini," kata Sharon Ou, Senior Credit Officer Moody's seperti dikutip CNBC.

Ledakan di sektor energi mendorong gelombang kredit dari bank-bank Amerika Serikat (AS) dalam beberapa dekade terakhir ini untuk ekspansi. Ketika itu, harga minyak melejit ke level US$ 100 per barel. Tapi, harga minyak saat ini ada di kisaran US$ 40 sebarel.

Marc Lasry, Chief Executive of Distressed Investing Specialist Avenue Capital Group, perusahaan investasi global, menghitung, para perusahaan migas yang menambah pinjaman total sebesar US$ 250 miliar hingga US$ 300 miliar. Angka ini lebih tinggi ketimbang nilai pinjaman di awal tahun yakni US$ 100 miliar.

Bank-bank besar, seperti Wells Fargo, Bank of America, dan JP Morgan Chase, memberi rapor merah terhadap kesehatan pinjaman perusahaan-perusahaan migas. Beberapa lembaga pinjaman sedang melakukan negosiasi ulang dengan perusahaan migas tentang nasib utang mereka. Sementara, sejumlah bank lain memilih memangkas nilai kredit untuk memperkecil lonjakan default.

Menurut laporan Reuters, dari 31 perusahaan migas yang butuh restrukturisasi pinjaman, setidaknya, bank telah menggunting kredit 10 perusahaan senilai lebih dari US$ 1,1 miliar.

Di sisi lain, perusahaan migas mencari cara mengurangi tekanan utang untuk menghindar dari kebangkrutan. Beberapa perusahaan terpaksa menjual aset untuk menghemat pengeluaran. Ada juga perusahaan yang menerbitkan saham baru dan lindung nilai produksi minyak di harga tertentu.

Salah satu perusahaan migas pelat merah Brasil, Petroleo Brasileiro SA, menghabiskan banyak pinjaman asing murah untuk menjadi produsen terbesar kelima dunia. Bukannya mencapai target produksi yang dibidik, perusahaan yang beken dengan nama Petrobas ini malah mencatatkan lonjakan utang yang luar biasa. Per 30 September lalu, nilai utang Petrobas mencapai US$ 127,5 miliar. Dalam dua tahun ke depan, pinjaman yang jatuh tempo sebanyak US$ 24 miliar.

Meski utangnya menggunung, Petrobas terus mencari pinjaman. Awal November lalu, perusahaan yang bermarkas di Rio de Janeiro, Brasil, ini menandatangani perjanjian kredit senilai US$ 1,8 miliar dengan agen ekspor dari Inggris, Jepang, Italia, dan Austria.

Leshner Carvalho, analis Barclays, mengatakan, Petrobas tidak akan gagal bayar karena mendapat dukungan Pemerintah Brasil. "Akan ada cukup leverage yang tersedia di Brasil dan pasar modal internasional," katanya seperti dilaporkan The Wall Street Journal.

Sementara itu, Premier Oil telah menjual asetnya di Norwegia dengan nilai US$ 120 juta guna memangkas beban utang. Untuk menekan angka utang, Premier Oil juga menurunkan belanja modal US$ 100 juta. Saat ini utang perusahaan migas dari Inggris itu mencapai US$ 2 miliar.




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×