kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Gelombang kebangkrutan di Jepang, hampir 500 perusahaan bangkrut selama pandemi


Senin, 07 September 2020 / 12:02 WIB
Gelombang kebangkrutan di Jepang, hampir 500 perusahaan bangkrut selama pandemi
ILUSTRASI. Warga Jepang tetap melakukan aktivitas dengan mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker di ruang publik.


Sumber: NHK | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Survei bisnis terbaru di Jepang menunjukkan, saat ini sudah hampir 500 perusahaan yang bangkrut sejak pandemi virus corona baru melanda dunia.

Mengutip NHK, Firma riset Teikoku Databank menyebutkan, jumlah perusahaan yang bangkrut di Jepang menyentuh angka 489. Jumlah itu termasuk perusahaan yang mengajukan perlindungan kebangkrutan atau meluncurkan prosedur likuidasi legal setelah menghentikan operasi.

Kasus kebangkrutan terbanyak terjadi pada sektor restoran dan rumahmakan yang selama pandemi virus corona mulai sulit mendapatkan pelanggan.

Sektor berikutnya yang paling banyak merasakan dampak pandemi adalah sektor penyedia fasilitas akomodasi dan ritel pakaian.

Baca Juga: Hampir 75% anak-anak di Jepang alami stres akibat wabah virus corona

Tokyo Shoko Research sebelumnya melakukan survei serupa terhadap usaha kecil dan menengah di Jepang dari Juli hingga Agustus 2020. Hasilnya, 8,5% responden mengatakan, bisnis mereka mungkin harus tutup jika wabah virus corona tidak segera berakhir. 

Proyeksinya, ada hampir 3,6 juta perusahaan kecil dan menengah di seluruh Jepang. Melihat angka tersebut, lebih dari 300.000 unit usaha yang berisiko tutup akibat pandemi virus corona.

Perusahaan terpaksa menekan biaya operasional

Perusahaan Jepang telah memangkas biaya operasional untuk pabrik dan peralatan dengan jumlah paling banyak dalam satu dekade pada kuartal kedua tahun ini.

Melansir Reuters, Selasa (1/9), Pemerintah Jepang menyebutkan, butuh waktu yang lama agar ekonomi kembali pulih dari kemerosotan akibat pandemi Covid-19. 

Baca Juga: Fakta menarik, separuh warga Jepang justru merasa lebih sehat sejak pandemi

Data sektor swasta juga menunjukkan, aktivitas pabrik pada Agustus terus menyusut hingga menyentuh level terlambat dalam enam bulan terakhir. Data resmi lainnya bahkan memperlihatkan, kondisi pasar tenaga kerja kini tengah memburuk. 

Penurunan konsumsi yang terjadi pasca Pemerintah Jepang mengumumkan keadaan darurat pada awal kuartal kedua juga membuat penurunan pendapatan yang tajam lantaran penjualan beberapa perusahaan anjlok. 

Akibatnya, belanja modal turun 11,3% pada April-Juni secara year on year (yoy). Penurunan itu merupakan yang terbesar sejak kuartal I 2020, lantaran krisis Covid-19 menghantam investasi di sektor manufaktur dan jasa, menurut data Kementerian Keuangan Jepang.

Di sisi lain, tingkat pengangguran Jepang secara kuartalan naik hingga 2,9% di bulan Juli 2020, menurut data Pemerintah. Walau naik, posisi itu sedikit lebih rendah dari perkiraan jajak pendapat ekonom Reuters sebesar 3%. 

Rasio jumlah pekerjaan pun merosot selama tujuh bulan beturut-turut di bulan Juli 2020, turun menjadi 1,08 dari 1,11 di bulan sebelumnya. Hal ini juga merupakan posisi terendah sejak April 2014. Sederhananya, kurang dari enam pekerjaan tersedia per lima pencari kerja. 

Selanjutnya: Ekonomi Jepang dan India terus melambat, perusahaan tekan biaya operasional



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×