Sumber: NHK | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Survei bisnis terbaru di Jepang menunjukkan, saat ini sudah hampir 500 perusahaan yang bangkrut sejak pandemi virus corona baru melanda dunia.
Mengutip NHK, Firma riset Teikoku Databank menyebutkan, jumlah perusahaan yang bangkrut di Jepang menyentuh angka 489. Jumlah itu termasuk perusahaan yang mengajukan perlindungan kebangkrutan atau meluncurkan prosedur likuidasi legal setelah menghentikan operasi.
Kasus kebangkrutan terbanyak terjadi pada sektor restoran dan rumahmakan yang selama pandemi virus corona mulai sulit mendapatkan pelanggan.
Sektor berikutnya yang paling banyak merasakan dampak pandemi adalah sektor penyedia fasilitas akomodasi dan ritel pakaian.
Baca Juga: Hampir 75% anak-anak di Jepang alami stres akibat wabah virus corona
Tokyo Shoko Research sebelumnya melakukan survei serupa terhadap usaha kecil dan menengah di Jepang dari Juli hingga Agustus 2020. Hasilnya, 8,5% responden mengatakan, bisnis mereka mungkin harus tutup jika wabah virus corona tidak segera berakhir.
Proyeksinya, ada hampir 3,6 juta perusahaan kecil dan menengah di seluruh Jepang. Melihat angka tersebut, lebih dari 300.000 unit usaha yang berisiko tutup akibat pandemi virus corona.
Perusahaan terpaksa menekan biaya operasional
Perusahaan Jepang telah memangkas biaya operasional untuk pabrik dan peralatan dengan jumlah paling banyak dalam satu dekade pada kuartal kedua tahun ini.
Melansir Reuters, Selasa (1/9), Pemerintah Jepang menyebutkan, butuh waktu yang lama agar ekonomi kembali pulih dari kemerosotan akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga: Fakta menarik, separuh warga Jepang justru merasa lebih sehat sejak pandemi
Data sektor swasta juga menunjukkan, aktivitas pabrik pada Agustus terus menyusut hingga menyentuh level terlambat dalam enam bulan terakhir. Data resmi lainnya bahkan memperlihatkan, kondisi pasar tenaga kerja kini tengah memburuk.
Penurunan konsumsi yang terjadi pasca Pemerintah Jepang mengumumkan keadaan darurat pada awal kuartal kedua juga membuat penurunan pendapatan yang tajam lantaran penjualan beberapa perusahaan anjlok.
Akibatnya, belanja modal turun 11,3% pada April-Juni secara year on year (yoy). Penurunan itu merupakan yang terbesar sejak kuartal I 2020, lantaran krisis Covid-19 menghantam investasi di sektor manufaktur dan jasa, menurut data Kementerian Keuangan Jepang.
Di sisi lain, tingkat pengangguran Jepang secara kuartalan naik hingga 2,9% di bulan Juli 2020, menurut data Pemerintah. Walau naik, posisi itu sedikit lebih rendah dari perkiraan jajak pendapat ekonom Reuters sebesar 3%.
Rasio jumlah pekerjaan pun merosot selama tujuh bulan beturut-turut di bulan Juli 2020, turun menjadi 1,08 dari 1,11 di bulan sebelumnya. Hal ini juga merupakan posisi terendah sejak April 2014. Sederhananya, kurang dari enam pekerjaan tersedia per lima pencari kerja.