Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Perundingan terkait gencatan senjata di Jalur Gaza belum menemui titik temu. Di saat yang sama, Israel menyatakan telah siap melancarkan gelombang serangan baru ke Rafah.
Perundingan antara Hamas dan Israel dilakukan di Kairo, Mesir. Pada pertemuan hari Minggu (7/4), tim dari kedua pihak hadir, dengan melibatkan mediator Qatar dan Mesir serta Direktur CIA William Burns.
Hadirnya Burns dipandang sebagai upaya AS untuk menekan Israel, yang dianggap terus mengabaikan keselamatan warga sipil di Gaza.
Baca Juga: PNS Jerman Kirim Pesan ke Kanselir: Segera Hentikan Pengiriman Senjata ke Israel!
Gencatan Senjata Gaza Belum Tercapai
Pejabat senior Hamas, Ali Baraka, mengatakan bahwa mereka telah menolak usulan terbaru Israel terkait kesepakatan gencatan senjata.
"Kami menolak usulan terbaru Israel yang diberitahukan oleh pihak Mesir kepada kami. Politbiro bertemu hari ini dan memutuskan hal ini," kata Baraka pasca pertemuan hari Minggu, dikutip Reuters.
Pejabat Hamas lain mengatakan, tidak ada kemajuan yang dicapai dalam negosiasi tersebut. Hamas menegaskan masih belum ada perubahan dalam posisi pendudukan Israel di Gaza.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menggambarkan perundingan di Kairo sebagai perundingan yang paling dekat menuju kesepakatan gencatan senjata.
Baca Juga: Irak Siapkan 10 Juta Liter Bahan Bakar untuk Bantu Rakyat Palestina
Kedua pihak terakhir kali sepakat untuk rehat sejenak dari pertempuran pada bulan November 2023. Saat itu, Hamas membebaskan hampir setengah warga Israel yang disandera.
Sementara itu, media Mesir, Al-Qahera News, pada hari Senin (8/4) mengabarkan bahwa beberapa kemajuan telah dicapai dalam perundingan di Kairo.
Mengutip sumber anonim dari otoritas pertahanan, Hamas dan Israel telah membuat konsesi yang dapat mengarah pada kesepakatan gencatan senjata tiga tahap.
Di dalamnya mencakup aturan untuk pembebasan sandera Israel yang tersisa dan permintaan Hamas untuk memulangkan warga yang mengungsi ke Gaza utara.
Baca Juga: Israel Kembali Menarik Tentaranya dari Gaza Selatan, Bersiap untuk Operasi Baru
Gelombang Serangan Baru Israel ke Rafah
Di tengah ketidakpastian soal gencatan senjata, pihak Israel justru mengumumkan bahwa operasi militer terbaru mereka ke Rafah telah siap dilaksanakan.
Pada hari Senin, sehari setelah Israel menarik pasukannya dari sejumlah titik di Gaza selatan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa waktu untuk menyerang Rafah telah ditentukan.
"Kami terus berupaya untuk mencapai tujuan kami, yang pertama dan terpenting adalah pembebasan semua sandera kami dan mencapai kemenangan penuh atas Hamas. Kemenangan ini memerlukan masuknya (militer) ke Rafah dan penghapusan batalion teroris di sana. Itu akan terjadi, tanggalnya sudah ada," kata Netanyahu.
Baca Juga: Pesan Biden ke Netanyahu: Lindungi Warga Sipil Gaza Jika Ingin Terus Kami Dukung
Rafah adalah tempat perlindungan terakhir bagi warga sipil Palestina. Oleh Israel, Rafah diyakini sebagai benteng pertahanan terakhir yang signifikan dari unit tempur Hamas.
Saat ini lebih dari satu juta rakyat Palestina tinggal di Rafah dalam kondisi kekurangan makanan, air dan tempat tinggal. Komunitas internasional telah mendesak Israel agar tidak menyerbu Rafah karena khawatir akan terjadi pertumpahan darah.
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Gaza hari Senin, sekitar 33.207 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel sejak Oktober lalu. Sebagian besar dari penduduk Gaza, yang berjumlah 2,3 juta, kini hidup sebagai tunawisma dan ada di bawah ancaman kelaparan.