kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.265   -85,00   -0,53%
  • IDX 7.073   -92,58   -1,29%
  • KOMPAS100 1.039   -16,65   -1,58%
  • LQ45 818   -13,93   -1,67%
  • ISSI 212   -2,57   -1,20%
  • IDX30 421   -5,97   -1,40%
  • IDXHIDIV20 506   -5,92   -1,16%
  • IDX80 118   -2,08   -1,73%
  • IDXV30 121   -1,72   -1,40%
  • IDXQ30 139   -1,80   -1,29%

Glen Taylor: Peringkat 276 orang paling tajir (1)


Selasa, 17 Maret 2015 / 13:02 WIB
Glen Taylor: Peringkat 276 orang paling tajir (1)
ILUSTRASI. Properti perkantoran, hotel, apartemen dan pusat belanja di kawasan Bundaran HI Jakarta, Rabu (27/9/2023). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Tri Adi

Bertumbuh secara berkesinambungan. Mungkin kalimat tersebut tepat menggambarkan sosok Glen A. Taylor seorang miliarder paruh baya asal Amerika Serikat (AS) yang memiliki kekayaan bersih senilai US$ 2,4 miliar per Maret 2015. Kini, pria berzodiak Taurus yang lahir 20 April 1941 itu tercatat sebagai miliarder dunia diurutan ke-782 versi Forbes. Di negeri asalnya, Amerika Serikat, Taylor menduduki ranking ke-276 dalam jajaran orang paling tajir.

Glen A. Taylor adalah anak kedua dari tujuh bersaudara, yang besar di sebuah peternakan di wilayah Comfrey, Minnesota Amerika Serikat (AS). Sebagai anak seorang petani, Taylor rajin membantu sang ayah mengurus ladang pertanian untuk menutupi kebutuhan hidup keluarga.

Kala sang ayah mencari pendapatan tambahan dengan berprofesi sebagai distributor pakan ternak, Taylor kemudian dipercaya mengelola pertanian milik orangtuanya. Setahun lamanya Taylor mengelola tanah pertanian milik orangtuanya sembari tetap melanjutkan sekolah.

Satu keputusan besar sudah diambil Taylor sejak berusia 17 tahun. Saat itu, dia memutuskan untuk menikahi Becky Mulvihill, yang kemudian dikaruniai lima orang anak yakni Jean, Terri, Taylor Moor, Jeff dan Kendahi.

Satu tahun berselang, tepatnya pada tahun 1959, Taylor lulus sekolah menengah di Comfrey High School. Di tahun yang sama, Taylor hijrah ke Mankato, Minnesota AS untuk melanjutkan studi di Minnesota State University, Mankato.

Demi menyambung hidup dan menafkahi keluarga kecilnya, Taylor bekerja paruh waktu di perusahaan layanan pernikahan Carlson Wedding Service (Carlson) milik Bill Carlson. Semula, ia bertanggung jawab mengelola operasional mesin stensil, sebelum akhirnya menjadi tukang cetak undangan dan produk pernikahan.

Berkat inovasi produk percetakan, bisnis Carlson tumbuh pesat sepanjang era 1960-an. Carlson lantas melancarkan ekspansi dengan membuka pasar yang lebih besar dari semula usaha kecil pedesaan. Carlson membangun pabrik baru di North Mankato dan memperluas kapasitas produksi hingga tiga kali lipat.

Seiring waktu, Taylor memainkan peran penting bagi kejayaan Carlson. Dia mendorong Carlson terus berinovasi, semisal menambahkan kertas dan tinta berwarna, teks dan desain baru yang terbukti efektif menambah jumlah pelanggan. Ide-ide cemerlang Taylor menyebabkan pendapatan Carlson melesat dan berkembang dengan sangat efisien.

Tahun 1967, Bill Carlson memilih pensiun saat Carlson sedang tumbuh pesat. Dia kemudian menawarkan saham perusahaan kepada para karyawan.

Kesempatan ini tak dilewatkan Taylor. Pria yang kini berusia 73 tahun itu bersedia merogoh uang hingga US$ 2 juta demi membeli Carlson. Namun karena keterbatasan dana, Taylor mengajukan tawaran pembelian Carlson kepada Bill Carlson dengan cara mencicil selama 10 tahun. Bill Carlson yang sudah sangat mempercayai Taylor, mengabulkan keinginan karyawannya ini. Dan benar, tidak perlu menunggu sampai satu dekade, Taylor telah melunasi seluruh transaksi pembelian Carlson.

Taylor pun menjadi pemilik saham mayoritas Carlson dan bertindak sebagai Chairman serta Chief Executive Officer (CEO). Ia mengubah nama perusahaan menjadi Taylor Corporatian dari Carlson Wedding Service. Dia tak menyangka perusahaan kian berkembang pesat.

Tujuh tahun berselang, Taylor Corporation mampu membukukan pendapatan hingga US$ 6 juta per tahun dan mempekerjakan 15.000 orang karyawan dari semula 18 orang. Kini, perusahaan ini memiliki 80 anak perusahaan yang tersebar di 21 negara seperti Kanada, Meksiko, Perancis, Inggris, China, Filipina, dan India.

Karier bisnis yang melesat tak membuat Taylor melupakan studinya. Sebagai bukti, pada1962 dia menyabet gelar Bachelor of Science (B.S) dari Minnesota State University. Tak puas sampai di sini, Taylor lantas melanjutkan kuliah pada jurusan bisnis di Harvad Business School pada 1982.                           

(Bersambung)



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×