Reporter: Amalia Fitri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Gubernur Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) Hirohiko Kuroda menjabarkan bagaimana pihaknya tetap akan mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgar dalam jangka panjang, pada kesempatan konferensi pers, Senin (25/3).
Seperti yang dilansir Reuters, Kuroda menyadari dampak negatif jangka panjang dari pemberian stimulus ekonomi, salah satunya adalah ketidakstabilan sistem keuangan.
Namun, selain berada dalam jalur ultra longgar ini, dirinya belum menentukan strategi lain untuk mencapai target inflasi 2%.
“Yang terpenting sekarang adalah bagaimana memastikan pasar tetap dalam kondisi stabil. Dengan demikian, akan datang pula bagaimana strategi yang tepat untuk menyelesaikan kebijakan ultra longgar ini. Dalam waktu yang tepat, kami akan menentukan dan mengajukan banding dari kebijakan ekonomi ini,” ujar Kuroda seperti dikutip Reuters.
Tak tanggung-tanggung, Kuroda menyebutkan dampak yang akan diterima Jepang jika menghentikan kebijakan ultra longgar. Hal tersebut melibatkan kenaikan suku bunga dan penyusutan neraca perdagangan BoJ.
Dirinya menambahkan, kebijakan moneter ultra longgar telah membantu Jepang keluar dari deflasi. Tak hanya itu, rilis data perekonomian Jepang juga sempat menunjukkan peningkatan lapangan tenaga kerja dan laba perusahaan.
Sebagai informasi, Kuroda sempat disebut enggan mendengarkan ekonom dan analis untuk menaikkan suku bunga acuannya. Dirinya saat itu menjawab jika kebijakan moneter ultra longgar dapat menekan distorsi pasar obligasi dan gangguan pada intermediasi keuangan.
Dengan demikian, BoJ dinilai masih akan sabar mempertahankan program stimulus ekonomi secara masif untuk mencapai target inflasi 2%.
“Saya tidak akan mengambil risiko apapun, mengingat saat ini lembaga keuangan Jepang telah dilengkapi basis modal yang cukup. Perlu perhatian lebih untuk menjaga perkembangan ekonomi di masa depan,” pungkas Kuroda.