Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - KAIRO. Hamas menunjuk pemimpin barunya di Gaza, Yahya Sinwar, sebagai pengganti Ismail Haniyeh, yang dibunuh di Teheran pada minggu lalu.
Hamas mengumumkan hal tersebut pada hari Selasa (6/8/2024), dalam sebuah langkah yang memperkuat jalur radikal yang ditempuh sejak serangan 7 Oktober terhadap Israel.
Mengutip Reuters, Sinwar, arsitek serangan paling dahsyat terhadap Israel dalam beberapa dekade, telah bersembunyi di Gaza.
"Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengumumkan pemilihan Komandan Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik gerakan tersebut, menggantikan Komandan Ismail Haniyeh yang telah gugur, semoga Allah merahmatinya," kata gerakan itu dalam sebuah pernyataan singkat.
Berita tentang penunjukan tersebut, yang muncul saat Israel bersiap menghadapi kemungkinan serangan dari Iran setelah pembunuhan Haniyeh di Teheran, disambut dengan serangan roket dari Gaza dari kelompok militan yang masih memerangi pasukan Israel di daerah kantong yang terkepung tersebut.
"Penunjukan tersebut berarti bahwa Israel perlu menghadapi Sinwar untuk mencari solusi atas perang Gaza," kata seorang diplomat regional yang mengetahui pembicaraan yang ditengahi oleh Mesir dan Qatar, yang bertujuan untuk menghentikan pertempuran di Gaza dan memulangkan 115 sandera Israel dan asing yang masih ditahan di daerah kantong tersebut.
"Ini adalah pesan tentang ketangguhan dan tidak kenal kompromi," jelasnya.
Baca Juga: Iran Dapat Serang Israel dengan Cara-Cara Ini, Warga Israel Stres Menanti Balasan
Sinwar, yang menghabiskan separuh masa dewasanya di penjara Israel, adalah pemimpin Hamas paling berkuasa yang masih hidup setelah pembunuhan Haniyeh.
Sinwar telah membuat wilayah tersebut berada di ambang konflik regional yang lebih luas setelah Iran bersumpah akan melakukan pembalasan yang keras.
Israel tidak mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut, tetapi Israel mengatakan telah membunuh sejumlah pemimpin senior lainnya, termasuk wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri, yang terbunuh di Beirut, dan Mohammed Deif, komandan militer gerakan tersebut.
Lahir di sebuah kamp pengungsi di kota Khan Younis di Gaza selatan, Sinwar, 61 tahun, terpilih sebagai pemimpin Hamas di Gaza pada tahun 2017 setelah mendapatkan reputasi sebagai penegak hukum yang kejam di antara warga Palestina dan musuh bebuyutan Israel.
Juru bicara militer utama Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, menyalahkan Sinwar atas serangan 7 Oktober tersebut dan mengatakan Israel akan terus mengejarnya.
"Hanya ada satu tempat untuk Yahya Sinwar, yaitu di samping Mohammed Deif dan teroris 7 Oktober lainnya," katanya kepada televisi Al-Arabiya, menurut pernyataan yang dirilis oleh militer.
"Itulah satu-satunya tempat yang kami persiapkan dan tuju untuknya," kata Hagari.
Baca Juga: Iran Tak Mau Terjadi Eskalasi Regional, Tetapi Ingin Menghukum Israel
Gencatan senjata
Sebagai tanda bahwa gerakan tersebut telah bersatu untuk mendukung Sinwar, Khaled Meshaal, mantan pemimpin yang dianggap sebagai calon pengganti Haniyeh, dikatakan telah mendukung Sinwar dengan kesetiaan kepada Gaza dan rakyatnya.
Bagi Israel, penunjukan tersebut menegaskan Hamas sebagai musuh yang berdedikasi untuk menghancurkannya.
Hal ini kemungkinan akan memperkuat desakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa Israel harus meneruskan kampanye mliternya di Gaza sampai akhir.
Gedung Putih menolak berkomentar tentang penunjukan Sinwar. Namun, seseorang yang mengetahui pemikiran Washington mengatakan pemilihan tersebut menunjukkan bahwa Hamas dapat memperkuat posisinya dalam negosiasi gencatan senjata dan mempersulit tercapainya kesepakatan.
Baca Juga: Situasi Panas, Negara Dunia Ramai-Ramai Minta Warganya Segera Hengkang dari Lebanon
Namun, mereka menambahkan bahwa Israel telah menyadari bahwa bahkan sebelum penunjukan resminya, Sinwar akan memiliki keputusan akhir tentang kesepakatan apa pun untuk menghentikan pertempuran, dan pengumuman tersebut hanya mengukuhkan hal tersebut.