Sumber: Agroreview | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Pasar beras global mengalami penurunan harga yang signifikan.
Mengutip data yang dihimpun Agroreview, selama seminggu terakhir, harga beras putih pecah 5% asal Thailand turun menjadi US$ 372,5 per ton per 31 Juli 2025. Padahal, pada September 2024, Harga beras yang sama berada di level US$ 563,5. Ini merupakan level terendah dalam delapan tahun terakhir.
Tren ini terlihat jelas setelah periode harga tertinggi yang berkepanjangan pada tahun 2023–2024.
Informasi saja, harga beras putih pecah 5% Thailand merupakan harga acuan perdagangan global untuk beras.
Ada sejumlah faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan harga beras global ini.
Pertama, panen yang luar biasa tinggi di negara-negara produsen Utama.
Selain itu, factor lainnya adalah pencabutan larangan ekspor beras dari India.
Asal tahu saja, India memanen beras dalam jumlah rekor pada tahun 2024, dan musim panen kali ini menjanjikan akan lebih produktif.
Hal ini dikonfirmasi oleh Samarendu Mohanty, pakar pertanian perwakilan dari Profesor Jayashankar Telangana State Agricultural University.
“Sederhana saja: pasokannya terlalu banyak. Tahun lalu, India mencatat rekor panen. Dan panen tahun ini diperkirakan akan lebih besar lagi,” kata Mohanty dari Universitas Pertanian Negeri Jayashankar Telangana.
Baca Juga: Cemas dengan Kisruh Beras Oplosan, Pabrik Beras Setop Produksi di Beberapa Wilayah
Para analis mencatat bahwa produksi beras yang kuat di Thailand dan Vietnam juga berkontribusi pada stok global yang tinggi secara historis pada tahun pemasaran ini.
Permintaan beras turun
Di sisi lain, permintaan beras global telah berkontraksi. Indonesia, salah satu negara importir beras terbesar di dunia, membeli dalam jumlah yang signifikan tahun lalu dan belum kembali aktif membeli pada tahun 2025.
Selain itu, Filipina telah memberlakukan larangan impor hingga Oktober, dalam upaya melindungi harga domestik selama musim panen raya.
Tonton: Sidak Ombudsman RI Temukan Kejanggalan Soal Beras. Diklaim Surplus Tapi Stok Langka!
Para ahli memperkirakan bahwa tren penurunan harga lebih lanjut kemungkinan akan berlanjut.
Mohanty yakin bahwa harga dapat turun 10% lagi, karena pasar mengalami kelebihan pasokan dengan permintaan yang hampir tidak ada.
Ia juga memperkirakan bahwa harga beras rendah dapat bertahan selama dua tahun ke depan kecuali ada gangguan serius, seperti perang atau krisis global lainnya.