Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Keputusan yang Tetap Relevan di Era Modern
Dengan emas kembali dipandang sebagai aset penyelamat terakhir oleh banyak negara Barat, bank sentral di seluruh dunia kini kembali menimbun logam mulia di tengah pergeseran tatanan ekonomi global.
“Keputusan bersejarah Bank Sentral Italia itu terasa sangat modern,” kata Caselli. “Karena kita sedang kembali ke masa itu lagi.”
Bank Italia saat ini menyimpan sekitar 871.713 koin emas dengan total berat sekitar 4,1 ton di ruang bawah tanahnya, yang dijuluki “sacristy” — mengacu pada ruangan di gereja tempat benda-benda suci disimpan.
Emas menyumbang hampir 75% dari cadangan resmi Italia pada akhir tahun lalu — jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata kawasan euro yang sebesar 66,5%, menurut data World Gold Council.
Sekitar 1.100 ton emas disimpan di bawah markas Bank of Italy di Palazzo Koch, hanya beberapa langkah dari Colosseum. Porsi yang hampir sama tersimpan di Amerika Serikat, sementara sebagian kecil berada di Inggris dan Swiss.
Italia juga tetap menjadi salah satu pengekspor perhiasan emas terbesar di dunia, dengan pusat produksi di Alessandria, Arezzo, dan Vicenza. Merek-merek mewah seperti Bulgari, Buccellati, dan Damiani diakui secara global.
Tonton: World Gold Council Sebut BI Jual Cadangan Emas 11 Ton. Benarkah?
Aset Terpanas Saat Ini
Seruan untuk menjual emas guna mengurangi utang publik Italia — yang kini mencapai lebih dari 3 triliun euro (US$ 3,49 triliun) atau sekitar 137,4% dari PDB tahun depan — terus bermunculan, namun belum pernah berhasil.
“Menjual bahkan setengah dari cadangan emas pun tidak akan menyelesaikan masalah utang Italia,”
ujar Giacomo Chiorino, kepala analisis pasar di Banca Patrimoni Sella & C.
Beberapa pihak berpendapat bahwa menjual sebagian emas bisa membuka dana untuk layanan publik penting, ketimbang hanya terkunci di brankas.
Namun demikian, Bank Italia tampak tidak berniat menjual. Pihak bank menolak berkomentar soal kebijakan emasnya.
“Di saat dunia sedang berubah, harga pasar mencapai rekor tertinggi, dan aset digital seperti stablecoin serta kripto makin populer, bank sentral justru memegang aset paling panas di dunia,” kata Stefano Caselli dari SDA Bocconi School of Management.
“Mereka benar untuk tidak menjual,” tambahnya.