Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas terus menunjukkan performa impresif sepanjang 2025, namun sejumlah indikator momentum kini mengisyaratkan potensi kejenuhan.
Logam mulia tersebut saat ini bergerak mendekati level US$4.000 per ounce, terdorong oleh minat investor terhadap aset aman (safe haven) di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Per perdagangan terakhir, harga emas tercatat di US$3.886 per ounce, mencatatkan kenaikan hampir 50% sepanjang tahun 2025.
Momentum Overbought Seperti Tahun 2020 dan Awal 2025
Menurut analisis Mike McGlone, Senior Commodity Strategist di Bloomberg Intelligence, harga emas kini berada sekitar 18% di atas rata-rata pergerakan 100 hari (100-day moving average).
Dalam unggahan di platform X pada 4 Oktober, McGlone menilai kondisi ini mencerminkan tingkat “euforia” yang serupa saat emas pertama kali menembus US$2.000 per ounce pada 2020 dan US$3.000 di awal tahun ini.
Baca Juga: Pemerintahan Trump Kacau, Harga Emas Langsung Meledak ke Rekor Tertinggi
Ia menambahkan bahwa emas kini telah mendekati batas atas mean reversion envelope di kisaran US$4.000, jauh di atas rata-rata US$3.430. Dalam siklus sebelumnya, kondisi seperti ini sering kali menjadi awal dari fase koreksi tajam atau konsolidasi harga.
Divergensi Antara Pasar Saham dan Emas
Menariknya, indeks volatilitas 60 hari S&P 500 tetap relatif tenang, menunjukkan tingkat ketenangan di pasar saham meskipun harga emas mengalami lonjakan tajam.
Secara historis, perbedaan antara pasar ekuitas yang tenang dan harga emas yang “overheated” kerap menjadi sinyal titik balik penting (inflection point) dalam siklus harga.
McGlone memperkirakan bahwa jika sejarah berulang, reli emas kali ini mungkin telah memasuki fase akhir yang terlalu panas (overheated phase), dan pasar berpotensi mengalami pullback setelah kenaikan luar biasa selama beberapa tahun terakhir.
Wall Street Masih Yakin Emas Punya Potensi Naik Lagi
Meski indikator teknikal menunjukkan tanda-tanda kejenuhan, sejumlah analis di Wall Street tetap optimistis terhadap prospek emas.
Goldman Sachs memproyeksikan harga emas akan melampaui target US$4.000 per ounce pada pertengahan 2026, seiring meningkatnya risiko di pasar global. Bank investasi tersebut menyoroti dua pendorong utama:
-
Permintaan berkelanjutan dari dana ETF dan bank sentral, serta
-
Minimnya peran spekulasi dalam reli kali ini.
Baca Juga: Harga Emas Cetak Rekor Baru, Tembus US$ 3.900 per Ons di Tengah Gejolak Global
Dengan aliran dana spekulatif yang masih terbatas, Goldman menilai masih ada ruang kenaikan tambahan jika partisipasi trader meningkat.
Bank tersebut juga menegaskan kembali posisi emas sebagai komoditas unggulan (top commodity pick), didukung oleh:
-
Permintaan kuat dari bank sentral,
-
Meningkatnya minat sektor swasta, dan
-
Peran penting emas sebagai lindung nilai (hedge) terhadap ketidakpastian pasar.