Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga emas sempat melonjak lebih dari 1% di atas US$ 1.900 per ons troi usai data inflasi di Amerika Serikat mendingin. Hal tersebut mendorong taruhan untuk kenaikan suku bunga yang lebih lambat dari Federal Reserve di masa depan.
Kamis (12/1) pukul 22.00 WIB, harga emas spot naik 0,5% ke US$ 1.886,19 per ons troi, setelah sebelumnya mencapai US$ 1.901,4 per ons troi. Itu jadi level tertinggi sejak Mei 2022.
Sejalan, harga emas berjangka naik 0,6% ke US$ 1.889,50 per ons troi.
Penguatan harga emas terjadi setelah harga konsumen AS turun untuk kali pertama dalam lebih dari 2,5 tahun pada bulan Desember 2022. Deflasi yang terjadi ini karena harga bensin yang turun dan barang lainnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa inflasi AS saat ini berada dalam tren penurunan yang berkelanjutan.
Baca Juga: Harga Emas Terus Mendaki, Analis Prediksi Bisa ke US$ 1.895 Per Ons Troi
"Ekspektasi jelas terlihat seperti pada titik ini, kita akan melihat dua lagi kenaikan suku bunga 25 basis poin pada dua pertemuan The Fed berikutnya," kata David Meger, Director of Metals Trading di High Ridge Futures.
"Kami terus fokus pada gagasan bahwa The Fed semakin dekat dengan akhir siklus kenaikan suku bunga mereka ... lingkungan yang mendasari untuk emas tetap kuat."
Pelaku pasar uang melihat peluang 89,6% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan Februari.
Menyusul laporan CPI, dolar AS melemah 0,5% ke level terendah sejak awal Juni, membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Pemimpin The Fed Bank of Philadelphia Patrick Harker mengatakan tahap akhir untuk kampanye kenaikan suku bunga bank sentral sudah di depan mata.
Sementara laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara bagian turun minggu lalu, tanda-tanda penurunan inflasi lebih diutamakan.