kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.263.000   -4.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.658   20,00   0,12%
  • IDX 8.184   17,84   0,22%
  • KOMPAS100 1.144   4,60   0,40%
  • LQ45 837   0,23   0,03%
  • ISSI 284   -0,42   -0,15%
  • IDX30 441   0,53   0,12%
  • IDXHIDIV20 509   0,80   0,16%
  • IDX80 128   -0,10   -0,08%
  • IDXV30 138   -0,14   -0,10%
  • IDXQ30 140   -0,44   -0,31%

Harga Minyak Anjlok, Investor Menimbang Gencatan Senjata Perdagangan AS-China


Kamis, 30 Oktober 2025 / 21:57 WIB
Harga Minyak Anjlok, Investor Menimbang Gencatan Senjata Perdagangan AS-China
ILUSTRASI. Harga minyak turun pada Kamis (30/10/2025) karena investor menilai potensi gencatan senjata perdagangan antara Amerika Serikat dan China. REUTERS/Eli Hartman


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak turun pada Kamis (30/10/2025) karena investor menilai potensi gencatan senjata perdagangan antara Amerika Serikat dan China, setelah Presiden Donald Trump menurunkan tarif China pasca pertemuan dengan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka turun 73 sen atau 1,1% menjadi US$ 64,19 per barel pada pukul 13.19 GMT. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 68 sen atau 1,1% menjadi US$ 59,80 per barel.

Trump setuju untuk mengurangi tarif terhadap China dari 57% menjadi 47% dalam kesepakatan satu tahun dengan imbalan Beijing melanjutkan pembelian kedelai AS, menjaga kelancaran ekspor tanah jarang, dan menindak perdagangan fentanil ilegal.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Stabil Kamis (30/100 Pagi: Brent ke US$64,89 dan WTI ke US$60,37

Analis PVM, Tamas Varga, mengatakan bahwa investor melihat kesepakatan yang diumumkan antara China dan AS lebih merupakan penurunan ketegangan daripada perubahan struktural dalam hubungan. Ia juga mencatat bahwa harga Brent yang lebih rendah tampaknya bertolak belakang dengan penurunan tajam persediaan minyak AS.

Pemangkasan Suku Bunga The Fed Mengerek Prospek Ekonomi

Federal Reserve AS juga membantu meningkatkan prospek ekonomi dengan menurunkan suku bunga pada hari Rabu, sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, The Fed mengisyaratkan bahwa pemotongan tersebut mungkin merupakan yang terakhir tahun ini karena penutupan pemerintah yang sedang berlangsung mengancam ketersediaan data.

"Keputusan The Fed menggarisbawahi perubahan yang lebih luas dalam siklus kebijakannya – yang lebih mengutamakan reflasi bertahap dan dukungan daripada pengekangan, memberikan angin segar bagi komoditas yang sensitif terhadap aktivitas ekonomi," ujar kepala ekonom Rystad Energy, Claudio Galimberti, dalam sebuah catatan.

Kenaikan harga Brent dan WTI pada sesi sebelumnya juga mencerminkan penurunan persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS yang lebih besar dari perkiraan.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis Rabu (29/10) Pagi, Brent ke US$64,60 & WTI ke US$60,33

Kedua acuan harga minyak tersebut diperkirakan akan mengalami penurunan lebih dari 3% pada bulan Oktober, yang akan menjadi penurunan bulan ketiga berturut-turut menyusul kekhawatiran tentang kelebihan pasokan.

Persediaan minyak mentah AS turun 6,86 juta barel menjadi 416 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 24 Oktober, menurut Badan Informasi Energi (EIA), dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 211.000 barel.

Poin penting lainnya bagi investor adalah pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan pada 2 November, di mana aliansi tersebut kemungkinan akan mengumumkan kenaikan pasokan sebesar 137.000 barel per hari (bph) untuk bulan Desember.

Selanjutnya: Pastikan Kualitas BBM Terjaga, Komut Pertamina Patra Niaga Tinjau SPBU Sepaku

Menarik Dibaca: Masyarakat Sipil Dorong Keterwakilan Perempuan di Dewan Energi Nasional




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×