Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak dunia bergerak relatif stabil pada Jumat (26/12), seiring investor menimbang potensi risiko pasokan akibat berkembangnya ketegangan geopolitik dalam perdagangan yang sepi usai libur Natal.
Stabilnya harga terjadi setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap militan Negara Islam (ISIS) di Nigeria serta meningkatkan tekanan ekonomi terhadap sektor minyak Venezuela.
Harga minyak mentah Brent naik 12 sen atau 0,19% menjadi US$62,36 per barel pada pukul 10.16 GMT. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 19 sen atau 0,33% ke level US$58,54 per barel.
Meski menguat tipis, harga minyak global masih berada di jalur penurunan tahunan terdalam sejak 2020. Kenaikan produksi minyak dari kelompok OPEC+ maupun negara-negara non-OPEC memicu kekhawatiran pasar akan surplus pasokan menjelang tahun depan.
Serangan AS di Nigeria Tak Ganggu Infrastruktur Minyak
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa AS pada Kamis (25/12) melancarkan serangan terhadap militan ISIS di wilayah Sokoto, Nigeria barat laut, bekerja sama dengan pemerintah Nigeria.
Baca Juga: Harga Minyak Naik, Pasar Pertimbangkan Risiko Pasokan Venezuela
Namun, analis menilai aksi militer tersebut tidak berdampak langsung terhadap pasokan minyak global.
“Serangan di Nigeria yang disampaikan Trump menargetkan ISIS dan tidak secara spesifik memengaruhi jaringan pipa minyak atau terminal ekspor. Karena itu, pelaku pasar cenderung menahan diri dalam kondisi likuiditas yang tipis pada Boxing Day,” ujar June Goh, analis senior pasar minyak di Sparta Commodities.
Sebagai catatan, ladang minyak dan infrastruktur ekspor Nigeria—salah satu produsen minyak utama Afrika—sebagian besar berlokasi di wilayah selatan negara tersebut, jauh dari lokasi serangan.
AS Fokus Tekanan Ekonomi terhadap Minyak Venezuela
Di sisi lain, Gedung Putih memerintahkan militer AS untuk memprioritaskan kebijakan “karantina” minyak Venezuela setidaknya selama dua bulan ke depan. Langkah ini mengindikasikan bahwa Washington saat ini lebih mengandalkan tekanan ekonomi dibandingkan opsi militer untuk menekan pemerintah Caracas.
“Karena penutupan pasar akibat libur Natal, aktivitas pasar menjelang akhir tahun relatif sepi,” kata Tong Chuan, analis Galaxy Futures.
Baca Juga: Gedung Putih Perintahkan Militer AS untuk Fokus pada Karantina Minyak Venezuela
“Gangguan pasokan kini menjadi faktor utama yang menggerakkan harga minyak,” tambahnya.
Pasar Pantau Isu Perdamaian Rusia–Ukraina
Investor juga terus memantau perkembangan proses perdamaian Rusia–Ukraina. Kesepakatan damai berpotensi membuka jalan bagi pencabutan sanksi internasional terhadap sektor minyak Rusia, yang dapat berdampak signifikan pada pasokan dan harga minyak global.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada Jumat bahwa banyak keputusan penting dapat diambil sebelum Tahun Baru, serta menyatakan harapannya untuk segera bertemu Presiden AS Donald Trump.
Media Axios melaporkan bahwa Trump dijadwalkan bertemu Zelenskiy pada Minggu di Mar-a-Lago, mengutip seorang pejabat Ukraina. Namun, Reuters belum dapat mengonfirmasi laporan tersebut secara independen.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengindikasikan kemungkinan keterbukaan Moskow terhadap pertukaran wilayah dalam pengarahan kepada para pemimpin bisnis Rusia, sebagaimana dilaporkan surat kabar Kommersant.













