Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah bergerak mendatar pada awal perdagangan Asia, Jumat (10/10/2025), setelah turun lebih dari 1% di sesi sebelumnya.
Pelemahan terjadi seiring memudarnya premi risiko geopolitik menyusul tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Melansir Reuters, harga minyak Brent naik tipis 9 sen atau 0,1% menjadi US$65,31 per barel pada pukul 00.44 GMT. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 12 sen atau 0,2% ke US$61,63 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Usai Israel-Hamas Capai Kesepakatan Gencatan Senjata
Kesepakatan gencatan senjata tersebut merupakan fase pertama dari inisiatif Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang di Gaza.
Berdasarkan kesepakatan yang telah disahkan pemerintah Israel pada Jumat, pertempuran akan dihentikan, Israel akan menarik sebagian pasukannya dari Gaza, dan Hamas akan membebaskan seluruh sandera yang tersisa dengan imbalan pembebasan ratusan tahanan Palestina.
Harga minyak sempat mencapai level tertinggi dalam sepekan pada Rabu setelah naik sekitar 1%, didorong kekhawatiran berlanjutnya sanksi terhadap Rusia akibat kebuntuan negosiasi damai Ukraina.
Secara mingguan, baik Brent maupun WTI masih mencatat kenaikan sekitar 1,2% setelah anjlok tajam pada pekan sebelumnya.
Analis ANZ, Daniel Hynes, menilai kesepakatan Gaza menjadi langkah besar menuju akhir perang dua tahun yang sempat meningkatkan risiko gangguan pasokan minyak.
Baca Juga: Harga Minyak Bergerak Tipis, Brent ke US$ 66,27 dan WTI US$ 62,54 Per Barel
“Kesepakatan ini menggeser fokus pasar kembali ke potensi surplus pasokan, seiring OPEC melanjutkan pengurangan pemangkasan produksi,” ujar Hynes dalam catatannya.
Meski begitu, kekhawatiran akan kelebihan pasokan sedikit mereda setelah OPEC+ pada Minggu lalu menyepakati kenaikan produksi November yang lebih kecil dari perkiraan.
Selain faktor geopolitik, pelaku pasar juga menyoroti risiko perlambatan ekonomi AS jika terjadi penutupan pemerintahan (government shutdown) yang berkepanjangan, yang berpotensi menekan permintaan energi.