Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Harga minyak dunia nyaris tidak bergerak pada perdagangan Jumat (5/7), seiring sinyal ketahanan pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang mendukung pandangan bahwa The Federal Reserve akan menahan suku bunga.
Sementara itu, investor masih menantikan kejelasan soal rencana tarif Presiden Donald Trump terhadap berbagai negara mitra dagang.
Baca Juga: Harga Minyak Stabil di Pagi Ini (4/7), Brent ke US$ 68,8 dan WTI ke US$ 67 Per Barel
Melansir Reuters, harga minyak Brent naik tipis 1 sen atau 0,01% menjadi US$ 68,81 per barel pada pukul 07.36 WIB. Sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 3 sen atau 0,04% ke US$ 67,03 per barel.
Perdagangan berlangsung sepi karena pasar AS tutup dalam rangka libur Hari Kemerdekaan.
Sinyal Ekonomi Tangguh
Pasar tenaga kerja AS memberikan kejutan positif. Data terbaru menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan AS menambah 147.000 lapangan kerja pada Juni, melebihi ekspektasi, dan tingkat pengangguran turun ke 4,1%, lebih baik dari perkiraan sebelumnya.
Data ini memperkuat ekspektasi bahwa The Fed belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, yang biasanya cenderung menekan harga komoditas seperti minyak.
Baca Juga: DPR dan Pemerintah Sepakat Outlook Harga Minyak Mentah RI US$ 68–US$ 82 per Barel
Menanti Kejelasan Tarif Trump
Presiden Trump mengumumkan bahwa pemerintah AS akan mulai mengirimkan surat kepada negara-negara terkait tarif baru yang akan diberlakukan atas produk ekspor mereka.
Kebijakan ini merupakan pergeseran dari pendekatan sebelumnya yang menjanjikan kesepakatan bilateral satu per satu.
Trump menyebut surat-surat itu akan dikirim ke 10 negara sekaligus, dengan tarif yang dikenakan berkisar 20% hingga 30%.
Tenggat waktu 9 Juli semakin mendekat, yakni saat berakhirnya masa tenggang 90 hari atas rencana kenaikan tarif AS.
Sejumlah mitra dagang utama seperti Uni Eropa dan Jepang belum mencapai kesepakatan dagang dengan AS.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Tipis pada Kamis (3/7) pagi
Kenaikan Produksi OPEC+ dan Sanksi Iran
Sementara itu, dari sisi pasokan, OPEC+ dikabarkan akan meningkatkan produksi minyak sebesar 411.000 barel per hari pada Agustus, menurut keterangan empat delegasi kepada Reuters.
Langkah ini bertujuan merebut kembali pangsa pasar di tengah permintaan yang meningkat.
Departemen Keuangan AS juga memberlakukan sanksi terhadap jaringan penyelundupan minyak Iran yang diduga menyamar sebagai minyak asal Irak, serta terhadap lembaga keuangan yang dikendalikan oleh kelompok Hizbullah.
Baca Juga: Ini 15 Kontraktor Migas Terbesar dan Capaian Produksi Minyak Hingga Mei 2025
Revisi Proyeksi Harga Minyak
Di sisi lain, Barclays menaikkan proyeksi harga minyak Brent untuk 2025 menjadi US$ 72 per barel, atau naik US$ 6 dari proyeksi sebelumnya.
Untuk 2026, proyeksi juga direvisi naik US$ 10 menjadi US$ 70 per barel, seiring prospek permintaan global yang membaik.