Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah acuan ditutup anjlok 2%, menghapus kenaikan dari sesi sebelumnya, karena investor mengamati perkembangan seputar tarif Ameria Serikat (AS), perang di Ukraina, dan potensi gangguan pasokan bahan bakar Rusia.
Selasa (27/8/2025), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2025 ditutup melemah US$ 1,58 atau 2,3% menjadi US$ 67,22 per barel, sehari setelah mencapai harga tertinggi sejak awal Agustus.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2025 ditutup melemah US$ 1,55, atau sekitar 2,4%, menjadi US$ 63,25 per barel.
"Mengingat besarnya ketidakpastian di pasar minyak akibat konflik Ukraina dan perang tarif, investor akan tetap enggan untuk berkomitmen pada salah satu arah dalam jangka panjang," kata Tamas Varga, analis di PVM Oil Associates.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Selasa (26/8) Pagi: Brent ke US$68,64 & WTI ke US$64,64
Harga Brent kemungkinan akan berada pada kisaran perdagangan $65-$74 untuk masa mendatang, tambahnya.
Reli harga minyak pada hari Senin terutama didorong oleh risiko pasokan setelah serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia dan kemungkinan sanksi AS lebih lanjut terhadap minyak Rusia.
Serangan Ukraina sebagai respons terhadap kemajuan Rusia dalam konflik dan serangannya terhadap fasilitas gas dan listrik Ukraina telah mengganggu pemrosesan dan ekspor minyak Moskow serta menyebabkan kelangkaan bensin di beberapa wilayah Rusia.
Rusia telah merevisi rencana ekspor minyak mentahnya dari pelabuhan-pelabuhan barat sebesar 200.000 barel per hari pada bulan Agustus dari jadwal awal setelah serangan pesawat nirawak Ukraina mengganggu operasi kilang dan membebaskan lebih banyak minyak mentah untuk pengiriman, kata tiga orang yang mengetahui masalah tersebut.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah memperbarui ancamannya untuk menjatuhkan sanksi kepada Rusia jika tidak ada kemajuan menuju kesepakatan damai dalam dua minggu ke depan.
Namun, beberapa sumber mengatakan kepada Reuters bahwa pejabat pemerintah AS dan Rusia membahas beberapa kesepakatan energi di sela-sela negosiasi bulan ini untuk mencapai perdamaian di Ukraina.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Menguat, Ditopang Nvidia dan Eli Lily
Di sisi lain, ekspor India berpotensi menghadapi bea masuk AS hingga 50% - salah satu yang tertinggi yang diberlakukan oleh Washington.
"Yang menjadi sorotan utama dalam perdagangan minggu ini adalah kemungkinan tarif AS terhadap India dapat digandakan menjadi 50% paling cepat besok ... yang selanjutnya membatasi arus ekspor Rusia yang sudah terhambat oleh serangan Ukraina baru-baru ini terhadap kilang-kilang minyak Rusia," kata analis di perusahaan konsultan energi Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.