Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak mentah bergerak tipis karena pasar bersiap menghadapi ancaman tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Meksiko dan Kanada, dua pemasok minyak mentah terbesar ke AS, dan menunggu pertemuan produsen OPEC+.
Kamis (30/1) pukul 11.45 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2025 turun 7 sen atau 0,1% ke US$ 76,51 per barel.
Sejalan, Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2025 naik tipis 2 sen atau 0,03% ke US$ 72,64 per barel.
Harga minyak mentah AS ditutup pada harga terendah untuk tahun ini pada hari Rabu (29/1).
Sentimen bagi harga minyak mentah masih datang dari rencana Trump untuk menepati janjinya mengenakan tarif pada Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari 2025, kata juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt kepada wartawan pada hari Selasa (28/1).
Baca Juga: Harga Minyak Naik Tipis pada Kamis (30/1) Setelah Tumbang 1%
Calon Trump untuk mengepalai Departemen Perdagangan, Howard Lutnick, mengatakan bahwa Kanada dan Meksiko dapat menghindari tarif jika mereka bertindak cepat untuk menutup perbatasan terhadap fentanil, sambil berjanji untuk memperlambat kemajuan China dalam kecerdasan buatan.
Di sisi permintaan, stok minyak mentah di AS naik 3,46 juta barel di minggu lalu, hampir sesuai dengan estimasi analis untuk kenaikan 3,19 juta barel, karena badai musim dingin yang melanda negara itu minggu lalu menekan permintaan.
Di sisi pasokan, ekspor minyak mentah dari pelabuhan barat Rusia pada bulan Februari akan turun 8% dari rencana Januari karena Moskow meningkatkan penyulingan, kata para pedagang dan perhitungan Reuters menunjukkan, setelah sanksi AS terbaru menekan ekspor minyak mentah.
Investor juga menantikan pertemuan para menteri dari negara OPEC+, yang dijadwalkan pada 3 Februari.
Kelompok produsen minyak terkemuka OPEC+ akan membahas upaya Trump untuk meningkatkan produksi minyak AS dan mengambil sikap bersama tentang masalah tersebut, kata Kazakhstan pada hari Rabu. Rusia juga merupakan anggota kelompok OPEC+.
Trump secara terbuka meminta OPEC dan anggota utamanya, Arab Saudi, untuk menurunkan harga minyak, dengan mengatakan hal itu akan mengakhiri konflik di Ukraina. Ia juga telah menetapkan agenda untuk memaksimalkan produksi minyak dan gas AS, yang sudah menjadi yang terbesar di dunia.
Namun, analis yakin perang harga antara AS dan OPEC+ tidak mungkin terjadi karena dapat merugikan keduanya.
Baca Juga: Tabrakan dengan American Airlines, Militer AS: Ada 3 Tentara di Helikopter Black Hawk
"Perang harga dengan AS akan melibatkan produsen OPEC+ yang memaksimalkan produksi mereka untuk melemahkan harga dan mendorong produksi serpih menurun," kata analis di BMI, divisi Fitch Group, dalam sebuah catatan.
Mereka memperkirakan harga minyak mentah Brent dapat turun di bawah $50 karena OPEC+ dapat menggunakan lebih dari 5 juta barel minyak per hari dalam kapasitas cadangannya, yang mendorong penurunan produksi minyak serpih AS seiring dengan harga.