Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak turun pada perdagangan hari ini setelah naik 2% di sesi sebelumnya karena investor mengabaikan dampak penurunan produksi Rusia. Kini pasar fokus pada kekhawatiran permintaan jangka pendek yang berasal dari pemeliharaan kilang di Asia dan Amerika Serikat (AS).
Senin (13/2) pukul 09.15 WIB, harga minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman April 2023 turun 69 sen, atau 0,8% menjadi US$ 85,70 per barel. Pada Jumat (10/2), Brent naik 2,2%.
Sejalan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2023 berada di US$ 79,04 per barel setelah turun 68 sen atau 0,9%. Di sesi sebelumnya, harga WTI naik 2,1%.
Harga minyak menguat pada hari Jumat setelah Rusia, produsen minyak terbesar ketiga di dunia, mengatakan akan memangkas produksi minyak mentah pada bulan Maret sebesar 500.000 barel per hari (bpd), atau sekitar 5% dari produksi. Ini menjadi pembalasan terhadap pembatasan barat pada ekspornya yang diberlakukan di menanggapi konflik Ukraina.
"Pelemahan yang kita lihat pada harga pada perdagangan pagi hari ini kemungkinan mencerminkan pasar yang menyadari bahwa pemotongan ini sebagian besar sudah diperhitungkan," kata analis ING Warren Patterson dalam sebuah catatan.
Baca Juga: Rusia Akan Memangkas Produksi, Ini Efek ke Harga Minyak
Kedua kontrak naik lebih dari 8% minggu lalu, didukung oleh optimisme atas pemulihan permintaan di China, importir minyak mentah utama dunia dan konsumen minyak Nomor 2, setelah pembatasan COVID dibatalkan pada bulan Desember.
Pemulihan permintaan minyak China membatasi ekspor bensinnya di bulan Februari meskipun penyulingnya mempertahankan pengiriman solar di atas 2 juta ton.
Stefano Grasso, seorang manajer portofolio senior di 8VantEdge di Singapura, mengatakan pemotongan 500.000 barel per hari akan membawa Rusia kembali sejalan dengan kuota OPEC+ karena Moskow saat ini mengekspor secara berlebihan.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, pada bulan Oktober sepakat untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari, sekitar 2% dari permintaan dunia.
Harga minyak dapat melanjutkan reli mereka kembali ke US$ 100 per barel akhir tahun ini karena pemulihan permintaan China dan pertumbuhan pasokan yang terbatas karena kurangnya investasi, kata pejabat negara OPEC kepada Reuters.
Baca Juga: IHSG Dibuka Menguat ke 6.886,4 di Pagi Ini (13/2), Sektor Energi Terbang
Di Amerika Serikat, produsen minyak terbesar dunia, jumlah rig minyak yang beroperasi naik 10 menjadi 609 minggu lalu, penambahan mingguan terbesar sejak Juni, menurut laporan Baker Hughes pada hari Jumat.