kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Mentah Koreksi Hampir 6%, Brent ke US$ 100,36 dan WTI Sentuh US$ 96,32


Senin, 25 April 2022 / 21:20 WIB
Harga Minyak Mentah Koreksi Hampir 6%, Brent ke US$ 100,36 dan WTI Sentuh US$ 96,32


Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak merosot hampir 6% ke level terendah dalam hampir dua minggu pada perdagangan awal pekan ini. Hal tersebut memperpanjang penurunan yang berlangsung di minggu lalu karena meningkatnya kekhawatiran bahwa penguncian Covid--19 berkepanjangan di Shanghai dan potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) akan merugikan pertumbuhan global dan permintaan energi.

Seni (25/4) pukul 21.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juni 2022 turun US$6,29 atau 5,9% je US$ 100,36 per barel. Bahkan Brent sempat menyentuh US$ 100,10 di awal sesi, terendah sejak 12 April.

Setali tiga unag, harga minyak mentah acuan West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2022 juga merosot US$ 5,75 atau 5,6% ke US$ 96,32 per barel.

Katalis negatif yang menekan harga datang setelah pihak berwenang di Shanghai mendirikan pagar di luar bangunan tempat tinggal, memicu kemarahan publik. Di Beijing, banyak orang mulai menimbun makanan, takut akan penguncian serupa setelah munculnya beberapa kasus Covid-19.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Mahal, Pengamat: Biaya Operasional Maskapai Penerbangan Naik 15%

"Tampaknya China adalah gajah di dalam ruangan," kata Jeffrey Halley, analis OANDA. "Pengetatan pembatasan Covid-nol di Shanghai, dan ketakutan Omicron telah menyebar di Beijing, menghancurkan sentimen hari ini."

"Shanghai tidak menunjukkan tanda-tanda akan melepaskan kebijakan ketat nol-Covid-19; sebaliknya negara tersebut bersumpah untuk meningkatkan penegakan pembatasan Covid-19, yang dapat merugikan permintaan minyak lebih lanjut," ujar analis City Index Fiona Cincotta.

Harga minyak juga tertekan karena prospek suku bunga AS yang lebih tinggi, yang mendorong penguatan dolar AS. The greenbacj yang kuat membuat komoditas yang diperdagangkan dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan cenderung mencerminkan peningkatan penghindaran risiko di antara investor.

Kedua harga tolok ukur minyak anjlok hampir 5% di minggu lalu karena kekhawatiran permintaan dan Brent telah koreksi tajam setelah mencapai US$ 139 per barel bulan lalu, level tertinggi sejak 2008.

Minyak mendapat dukungan dari pasokan yang ketat. Invasi Rusia ke Ukraina telah mengurangi pasokan karena sanksi Barat dan pelanggan menghindari membeli minyak Rusia, tetapi pasar bisa semakin ketat dengan potensi larangan Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia.

Baca Juga: Harga Minyak Tertekan Lockdown Shanghai, Brent ke US$102,02 dan WTI ke US$97,96

The Times melaporkan pada hari Senin bahwa blok itu sedang mempersiapkan "sanksi cerdas" terhadap impor minyak Rusia, mengutip wakil presiden eksekutif Komisi Eropa, Valdis Dombrovskis.

Pemadaman di Libya juga memberikan dukungan. Anggota OPEC kehilangan lebih dari 550.000 barel per hari dalam produksi karena kerusuhan, dengan kilang minyak Zawiya menderita kerusakan setelah bentrokan bersenjata.




TERBARU

[X]
×